Apa itu Generational Trauma? Kenali Dampaknya
12 October 2023 17:07 WIB Kesehatan Features lifestyleSide.id - Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, lebih dari 70 persen orang akan mengalami peristiwa traumatis suatu saat dalam hidupnya. Tentunya, pengalaman tersebut akan membentuk cara pandang terhadap dunia dan menjadi cara untuk merespons berbagai hal yang terjadi.
Ternyata, kita bisa dipengaruhi dengan adanya peristiwa traumatis yang terjadi sebelum lahir. Kondisi ini disebut sebagai generational trauma atau trauma generasi dan trauma transgenerasi. Hal ini meresap ke dalam kesadaran manusia hingga akhirnya mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Baca juga: Apa itu Sindrom Baby Blues? Ini Gejala dan Penyebabnya
Apa itu Generational Trauma?
Sebenarnya, bayi manusia lahir ke dunia tidak sebagai kertas kosong, karena ketika berada di dalam janin bayi sudah mengumpulkan informasi-informasi. Hal ini dibuktikan ketika ibu sedang mendengarkan lagu, maka bayi akan sangat santai dan tenang, kemudian bayi akan gelisah saat ada teriakan dan ketegangan.
Jadi, stress sangat dihindari selama kehamilan, karena pada usia lima bulan, bayi perempuan sudah mengembangkan sel telur yang bisa digunakan ketika dia hamil saat dewasa nanti, seorang perempuan yang mengandung bayi perempuan membawa DNA cucunya yang sudah matang.
Jika seorang ibu mengalami sebuah peristiwa traumatis atau mengalami stress selama kehamilan, maka hal ini berdampak langsung pada cucunya.
Trauma juga dapat diturunkan antar generasi melalui komunitas dan keluarga yang pernah mengalami situasi traumatis. Seringkali, trauma generasi terjadi pada komunitas marginal yang benar-benar merasakan dampak penindasan, ketidakadilan sosial, dan pengucilan.
Dampak Generational Trauma
Trauma generasi dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, gangguan stres pascatrauma, atau seperti gejala stres traumatis. Saat mengalami hal ini, kita mungkin mengalami kewaspadaan berlebihan, kecemasan, , suasana hati tertekan, kenangan buruk, dan insomnia.
Gejala fisik juga dapat muncul, menyebabkan penyakit autoimun, masalah perut, dan nyeri kronis. Trauma antargenerasi pada dasarnya adalah kerusakan psikologis yang ada di dalam tubuh namun diperburuk oleh keadaan kita saat ini.
Trauma yang dialami oleh nenek moyang kita dapat mempengaruhi bagaimana gen kita terekspresikan dari generasi ke generasi dengan dampak dari pengalaman masa kecil yang buruk yang diwarisi dari orang tua kita.
Apakah generational trauma bisa disembuhkan? Trauma yang kita warisi tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Namun kita dapat mengurangi gejala nyata, seperti kecemasan dan depresi, melalui aktivitas seperti yoga, mindfulness, olahraga, menyanyi dan menari, serta menghabiskan waktu di alam.
Sebenarnya, gejala trauma psikologis, baik secara turunan atau tidak merupakan respon normal terhadap situasi abnormal, yang tidak lagi bermanfaat bagi kamu, lebih baik untuk fokus pada warisan akan keterampilan, ketahanan, dan resolusi dalam diri kita. (LIA)
Baca juga: Manfaat Minyak Zaitun bagi Kesehatan, Bisa untuk Masakan
Soffi Amira P.
[email protected]
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Apa itu Generational Trauma? Kenali Dampaknya
12 October 2023 17:07 WIBKesehatan Features lifestyle
Side.id - Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, lebih dari 70 persen orang akan mengalami peristiwa traumatis suatu saat dalam hidupnya. Tentunya, pengalaman tersebut akan membentuk cara pandang terhadap dunia dan menjadi cara untuk merespons berbagai hal yang terjadi.
Ternyata, kita bisa dipengaruhi dengan adanya peristiwa traumatis yang terjadi sebelum lahir. Kondisi ini disebut sebagai generational trauma atau trauma generasi dan trauma transgenerasi. Hal ini meresap ke dalam kesadaran manusia hingga akhirnya mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Baca juga: Apa itu Sindrom Baby Blues? Ini Gejala dan Penyebabnya
Apa itu Generational Trauma?
Sebenarnya, bayi manusia lahir ke dunia tidak sebagai kertas kosong, karena ketika berada di dalam janin bayi sudah mengumpulkan informasi-informasi. Hal ini dibuktikan ketika ibu sedang mendengarkan lagu, maka bayi akan sangat santai dan tenang, kemudian bayi akan gelisah saat ada teriakan dan ketegangan.
Jadi, stress sangat dihindari selama kehamilan, karena pada usia lima bulan, bayi perempuan sudah mengembangkan sel telur yang bisa digunakan ketika dia hamil saat dewasa nanti, seorang perempuan yang mengandung bayi perempuan membawa DNA cucunya yang sudah matang.
Jika seorang ibu mengalami sebuah peristiwa traumatis atau mengalami stress selama kehamilan, maka hal ini berdampak langsung pada cucunya.
Trauma juga dapat diturunkan antar generasi melalui komunitas dan keluarga yang pernah mengalami situasi traumatis. Seringkali, trauma generasi terjadi pada komunitas marginal yang benar-benar merasakan dampak penindasan, ketidakadilan sosial, dan pengucilan.
Dampak Generational Trauma
Trauma generasi dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, gangguan stres pascatrauma, atau seperti gejala stres traumatis. Saat mengalami hal ini, kita mungkin mengalami kewaspadaan berlebihan, kecemasan, , suasana hati tertekan, kenangan buruk, dan insomnia.
Gejala fisik juga dapat muncul, menyebabkan penyakit autoimun, masalah perut, dan nyeri kronis. Trauma antargenerasi pada dasarnya adalah kerusakan psikologis yang ada di dalam tubuh namun diperburuk oleh keadaan kita saat ini.
Trauma yang dialami oleh nenek moyang kita dapat mempengaruhi bagaimana gen kita terekspresikan dari generasi ke generasi dengan dampak dari pengalaman masa kecil yang buruk yang diwarisi dari orang tua kita.
Apakah generational trauma bisa disembuhkan? Trauma yang kita warisi tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Namun kita dapat mengurangi gejala nyata, seperti kecemasan dan depresi, melalui aktivitas seperti yoga, mindfulness, olahraga, menyanyi dan menari, serta menghabiskan waktu di alam.
Sebenarnya, gejala trauma psikologis, baik secara turunan atau tidak merupakan respon normal terhadap situasi abnormal, yang tidak lagi bermanfaat bagi kamu, lebih baik untuk fokus pada warisan akan keterampilan, ketahanan, dan resolusi dalam diri kita. (LIA)
Baca juga: Manfaat Minyak Zaitun bagi Kesehatan, Bisa untuk Masakan