Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan peringatan dini di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keluarnya pemberitahuan adanya gelombang tinggi di sejumlah perairan termasuk Selat Sunda yang berlaku sejak 22 Desember – 25 Desember 2018.

Hal ini tentunya juga menjadi peringatan bagi masyarakat Indonesia untuk mempertimbangkan berbagai hal sebelum berwisata ke pantai. Peringatan ini diharapkan bisa meningkatkan kewaspadaan terhadap penduduk yang tinggal di pinggir pantai untuk mewaspadai tanda-tanda datangnya bencana yang mungkin terjadi. National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) mencatat, bahwa ada 246 kejadian tsunami yang terjadi sejak 416 hingga 2018 di Indonesia, dari tsunami yang pernah terjadi, sekitar 90% diakibatkan oleh gempa yang terjadi di laut.

Tsunami lainnya yang pernah terjadi adalah: erupsi Gunung Krakatau pada 1930, data mengenai korban jiwa tidak tercatat dalam musibah tersebut. Dalam hal penanganan bencana, Pemerintah telah mendirikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang merupakan komponen terpenting dalam menangani bencana di Indonesia.

Seperti bencana yang terjadi di Pandeglang, Banten, BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, dan relawan masyarakat masih melakukan upaya untuk mengevakuasi korban dan menyalurkan bantuan kepada para korban. Meskipun musim hujan kali ini bersamaan dengan musim liburan, bukan berarti kamu tidak bisa berlibur. Demi keselamatan saat berlibur, masih ada beberapa destinasi wisata yang sebaiknya dihindari selama musim hujan.

Salah satu destinasi wisata yang banyak diminati oleh anak muda adalah mendaki gunung. Ketika musim hujan tiba, sebaiknya kamu mengurungkan niat untuk memburu pemandangan di puncak gunung. Ketika musim hujan, kabut akan turun dan mengurangi jarak pandang pendaki. Selain itu, suhu di puncak gunung ketika hujan juga bisa meningkatkan resiko hipotermia pada pendaki. Kalau kamu suka berwisata ke laut, kamu sebaiknya menghindari destinasi wisata pantai ketika musim hujan.

Gelombang laut yang tinggi dan angin laut yang semakin besar akan membahayakan wisatawan yang ingin beraktivitas di sekitar bibir pantai. Selain menghindari beberapa tempat wisata seperti gunung dan pantai, upaya pencegahan juga bisa dimulai sebelum bencana datang, yaitu modifikasi lingkungan dan edukasi mengenai bencana kepada penduduk yang tinggal di area rawan bencana.

Untuk mengurangi resiko kerusakan akibat tsunami, masyarakat juga harus melestarikan pepohonan di pinggir pantai. Semakin banyak pohon yang ada dan ditanam di sekitar pantai, maka akan membuat laju tsunami berkurang dan terhambat sehingga mengurangi kerusakan yang ditimbulkan. Yuk, ikut melestarikan lingkungan di sekitar kita!