Insinyur Indonesia Ternyata Menjadi Bagian dari Pembuatan Roket NASA
15 March 2021 20:08 WIB Marko DjuliarsoNASA (National Aeronautics and Space Administration) seringkali dikaitkan dengan aktivitas penerbangan luar angkasa. Badan penerbangan luar angkasa dan antariksa ini bertugas mengamati dan mengeksplorasi ruang angkasa beserta bumi. NASA juga seringkali menjadi tujuan para akademisi Sains untuk mengembangkan dan menuangkan ambisinya.
Pada tahun 1985 puteri Tanah Air pernah menjadi bagian dari NASA. Pratiwi Pujilestari Sudarmono terpilih sebagai spesialis muatan dalam misi peluncuran satelit Palapa B-3 Wahana Antariksa NASA STS-61-H. Sayangnya misi ini gagal dijalankan karena NASA mendapatkan musibah saat pesawat Challenger yang telah menewaskan 7 awak astronot pada tahun 1986.
Namun bukan berarti NASA tidak melibatkan kembali orang Indonesia. Sosok insinyur bernama Marko Djuliarso tengah menjadi sorotan karena terlibat kedalam misi luar angkasa mereka. Berbeda dengan Pratiwi, Marko justru memiliki andil sebagai perancang roket peluncur pesawatnya.

Sedikit kisah tentang Marko Djuliarso, pada tahun 2009 dirinya mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan. Marko seringkali mengirimkan lamaran pekerjaan di Amerika Serikat, dalam kurun waktu 6 bulan ia telah mengirimkan 100 lamaran pekerjaan. Dengan usaha yang ia lakukan, akhirnya membuahkan hasil dengan mendapatkan tawaran dari perusahaan penerbangan Boeing saat ia sudah bekerja di perusahaan jendela di Dallas, AS.
"Saya juga udah lupa pernah wawancara sama Boeing, pernah lamar ke Boeing," ucapnya. "Jadi, setelah dipikir-pikir sedikit, saya dan Vieda, istri saya memutuskan ambil kerjaan di Boeing dan pindah ke daerah Seattle, Washington," ujarnya dikutip dari GNFI.
Kiprah Marko selama bekerja di Boeing juga menjadi catatan penting bagi dirinya, yakni terlibat dalam proyek pesawat komersial Boeing 787 dan 777 di Seattle dan Italia selama 10 tahun 6 bulan masa kerja. Dalam masa pendidikannya, Marko meraih gelar pada tiga universitas, yakni Universitas Tennessee, Universitas Teknologi Nanyang Singapura, dan Universitas Southern California.
Marko memiliki kemampuan dalam bidang Time Study, Value Stream Mapping, Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), Systems Engineering, dan Six Sigma. Salai itu Marko merupakan seorang profesional operasi yang kuat yang bergelar Master of Science, berfokus pada Sistem Arsitek dan Teknik dari University of Southern California.

Marko memiliki andil dalam pembuatan roket ke Bulan
Pria yang bergelar insinyur ini sedang melakukan penggarapan proyek roket untuk NASA di New Orleans untuk misi penerbangan astronot ke Bulan pada tahun 2024 nanti. "Untuk launch pertama ke Bulan, tapi kita ada target (jangka jauh) ke Mars," kata pria satu anak ini.
Proyek bernama Artemis Plan atau Misi Artemis III ini sudah diumumkan NASA pada September 2020. Rencananya proyek ini juga akan menurunkan astronot perempuan pertama ke bulan. Terdapat laporan setebal 188 halaman, NASA menetapkan tujuh tujuan sains pada Misi Artemis III, termasuk memahami berbagai proses yang berhubungan dengan planet.
Nasa berharap misi kali ini mampu membawa 85 kilogram sampel permukaan atas serta permukaan bawah bulan, untuk melampaui misi Apollo pada tahun 1969-1972.
Baca Juga : Kebudayaan Batik Indonesia Makin Mendunia Lewat Motor Pertamina

Pradia Eggi
[email protected]
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Insinyur Indonesia Ternyata Menjadi Bagian dari Pembuatan Roket NASA
15 March 2021 20:08 WIBMarko Djuliarso
NASA (National Aeronautics and Space Administration) seringkali dikaitkan dengan aktivitas penerbangan luar angkasa. Badan penerbangan luar angkasa dan antariksa ini bertugas mengamati dan mengeksplorasi ruang angkasa beserta bumi. NASA juga seringkali menjadi tujuan para akademisi Sains untuk mengembangkan dan menuangkan ambisinya.
Pada tahun 1985 puteri Tanah Air pernah menjadi bagian dari NASA. Pratiwi Pujilestari Sudarmono terpilih sebagai spesialis muatan dalam misi peluncuran satelit Palapa B-3 Wahana Antariksa NASA STS-61-H. Sayangnya misi ini gagal dijalankan karena NASA mendapatkan musibah saat pesawat Challenger yang telah menewaskan 7 awak astronot pada tahun 1986.
Namun bukan berarti NASA tidak melibatkan kembali orang Indonesia. Sosok insinyur bernama Marko Djuliarso tengah menjadi sorotan karena terlibat kedalam misi luar angkasa mereka. Berbeda dengan Pratiwi, Marko justru memiliki andil sebagai perancang roket peluncur pesawatnya.

Sedikit kisah tentang Marko Djuliarso, pada tahun 2009 dirinya mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan. Marko seringkali mengirimkan lamaran pekerjaan di Amerika Serikat, dalam kurun waktu 6 bulan ia telah mengirimkan 100 lamaran pekerjaan. Dengan usaha yang ia lakukan, akhirnya membuahkan hasil dengan mendapatkan tawaran dari perusahaan penerbangan Boeing saat ia sudah bekerja di perusahaan jendela di Dallas, AS.
"Saya juga udah lupa pernah wawancara sama Boeing, pernah lamar ke Boeing," ucapnya. "Jadi, setelah dipikir-pikir sedikit, saya dan Vieda, istri saya memutuskan ambil kerjaan di Boeing dan pindah ke daerah Seattle, Washington," ujarnya dikutip dari GNFI.
Kiprah Marko selama bekerja di Boeing juga menjadi catatan penting bagi dirinya, yakni terlibat dalam proyek pesawat komersial Boeing 787 dan 777 di Seattle dan Italia selama 10 tahun 6 bulan masa kerja. Dalam masa pendidikannya, Marko meraih gelar pada tiga universitas, yakni Universitas Tennessee, Universitas Teknologi Nanyang Singapura, dan Universitas Southern California.
Marko memiliki kemampuan dalam bidang Time Study, Value Stream Mapping, Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), Systems Engineering, dan Six Sigma. Salai itu Marko merupakan seorang profesional operasi yang kuat yang bergelar Master of Science, berfokus pada Sistem Arsitek dan Teknik dari University of Southern California.

Marko memiliki andil dalam pembuatan roket ke Bulan
Pria yang bergelar insinyur ini sedang melakukan penggarapan proyek roket untuk NASA di New Orleans untuk misi penerbangan astronot ke Bulan pada tahun 2024 nanti. "Untuk launch pertama ke Bulan, tapi kita ada target (jangka jauh) ke Mars," kata pria satu anak ini.
Proyek bernama Artemis Plan atau Misi Artemis III ini sudah diumumkan NASA pada September 2020. Rencananya proyek ini juga akan menurunkan astronot perempuan pertama ke bulan. Terdapat laporan setebal 188 halaman, NASA menetapkan tujuh tujuan sains pada Misi Artemis III, termasuk memahami berbagai proses yang berhubungan dengan planet.
Nasa berharap misi kali ini mampu membawa 85 kilogram sampel permukaan atas serta permukaan bawah bulan, untuk melampaui misi Apollo pada tahun 1969-1972.
Baca Juga : Kebudayaan Batik Indonesia Makin Mendunia Lewat Motor Pertamina
