SHARE
Home > News > Features > Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari? Ini Alasannya!
Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari? Ini Alasannya!

Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari? Ini Alasannya!

31 December 2021 12:28 WIB Sejarah Merahputih Tahun Baru

Selama berabad-abad, perayaan Tahun Baru selalu jatuh setiap 1 Januari. Malam pergantian tahun yang dimulai pada 31 Desember hingga 1 Januari menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Momen tahunan ini dianggap sebagai momen yang tepat untuk merefleksikan perjalanan hidup dalam satu tahun ke belakang, kemudian menatap resolusi baru di tahun berikutnya.

Baca juga: Malam Tahun Baru 2022, Masuk Tangsel Wajib Tunjukkan Sertifikat Vaksin COVID-19

Sebenarnya, ada alasan di balik perayaan Tahun Baru yang jatuh pada 1 Januari. Sebab, Tahun Baru telah melewati sejarah yang panjang selama ribuan tahun.

Alasan Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari
Ilustrasi perayaan Tahun Baru
Ilustrasi perayaan Tahun Baru. (Foto: Jonas Von Werne/Pexels)

Mengutip dari Live Science, gagasan 1 Januari menjadi awal tahun sudah terjadi sejak zaman pemerintahan Julius Caesar atau lima dekade sebelum lahirnya Yesus Kristus. Meskipun terdapat banyak kalender yang ada sebelum Caesar menciptakan kalender Julian pada abad ke-46 sebelum masehi, tetapi Kalender Julian menjadi yang pertama dan resmi menandai 1 Januari sebagai awal tahun.

Kalender Julian diciptakan oleh Julius Caesar untuk memperbaiki sistem penanggalan sebelumnya yang digunakan oleh bangsa Romawi. Sekitar abad ke-7 sebelum masehi, Romawi mencoba mengikuti siklus Bulan tetapi seringkali tidak sesuai dengan musim yang datang dan harus dikoreksi.

Tak hanya itu, institusi di Romawi yang memiliki tugas mengawasi kalender juga sering menyalahgunakan wewenangnya dengan menambahkan hari untuk memperpanjang masa jabatan politik.

Baca juga: 5 Ide Merayakan Tahun Baru di Rumah Aja, Anti Garing!

Saat membuat kalender barunya, Caesar dibantu oleh Sosigenes, yaitu seorang Astronom Alexandria yang memberikan saran untuk menghilangkan siklus bulan dan mengikuti tahun matahari, seperti yang digunakan oleh Mesir.

Caesar menghitung tahun menjadi 365 dan 1/4 hari, kemudian menambahkan 67 hari pada abad ke-46 SM. Sehingga, tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari dan bukan Maret. Caesar sendiri juga memutuskan setiap empat tahun sekali atau satu hari ditambahkan pada Febuari. Hal itu bertujuan agar secara teoritis kalender yang dibuatnya tidak ketinggalan zaman.

Tak lama setelah Julius Caesar terbunuh pada abad ke-44 SM, Mark Antony melakukan perubahan pada nama bulan Quintilis menjadi Julius (Juli) untuk menghormati Julius Caesar. Selain bulan Quintilis, Sextilis juga turut mengalami pergantian menjadi Augustus atau Agustus.

Kalender Julian Diganti dengan Kalender Gregorian
Ilustrasi kalender Gregorian
Ilustrasi kalender Gregorian. (Foto: Forum MacRumors)

Setelah jatuhnya kekaisaran Roma pada abad ke-5 Masehi, banyak negara Kristen yang mengubah kalender untuk mencerminkan agamanya. Namun, belakangan mulai disadari bahwa kalender Julian yang dibuat oleh Julius Caesar membutuhkan sejumlah perubahan, karena adanya kesalahan dalam perhitungan tahun kabisat.

Efek dari kesalahan tersebut menyebabkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam musim yang salah. Hal tersebut juga menyebabkan terjadinya masalah ketika hendak menentukan tanggal Hari Raya Paskah.

Pada 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan revisi dari kalender Julian yang diberi nama Kalender Gregorian. Selain memecahkan masalah tahun kabisat yang sebelumnya ada, kalender tersebut juga mengembalikan 1 Januari sebagai awal dimulainya Tahun Baru.

Beberapa negara seperti Prancis, Spanyol, dan Italia menerima kehadiran kalender baru tersebut. Namun, banyak negara Protestan dan Ortodoks yang dirasa cukup lambat untuk mengadopsi penggunaan kalender tersebut.

Inggris Raya dan kolononinya yang berada di Amerika Serikat tidak mengikuti kalender Gregorian hingga 1752. Di mana, pada masa tersebut Tahun Baru jatuh pada 25 Maret. Seiring berjalannya waktu, negara-negara non-Kristen mulai menggunakan penanggalan kalender Gregorian.

Pada 1912, Tiongkok mulai menerapkan kalender Gregorian, tetapi penerapan Tahun Baru Cina masih mengikuti penganggalan Lunar. Hal yang dilakukan oleh Tiongkok menjadi contoh bagi banyak negara yang akhirnya mengikuti kalender Gregorian, tetapi mereka tetap memiliki kalender tradisional atau keagamaan lainnya.

Namun, ada pula negara yang tidak mengadopsi penanggalan kalender Gregorian dan memulai Tahun Baru pada tanggal lain selain 1 Januari. Negara tersebut adalah Ethiopia yang memiliki perayaan Tahun Baru pada September dengan nama Enkutatash. (WAF)

Baca juga: Mau Mudik Nataru, Simak Dulu Syarat Perjalanan Darat Berikut Ini

Soffi Amira P.
[email protected]

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > Features > Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari? Ini Alasannya!

Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari? Ini Alasannya!

31 December 2021 12:28 WIB
Sejarah Merahputih Tahun Baru

Selama berabad-abad, perayaan Tahun Baru selalu jatuh setiap 1 Januari. Malam pergantian tahun yang dimulai pada 31 Desember hingga 1 Januari menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Momen tahunan ini dianggap sebagai momen yang tepat untuk merefleksikan perjalanan hidup dalam satu tahun ke belakang, kemudian menatap resolusi baru di tahun berikutnya.

Baca juga: Malam Tahun Baru 2022, Masuk Tangsel Wajib Tunjukkan Sertifikat Vaksin COVID-19

Sebenarnya, ada alasan di balik perayaan Tahun Baru yang jatuh pada 1 Januari. Sebab, Tahun Baru telah melewati sejarah yang panjang selama ribuan tahun.

Alasan Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari
Ilustrasi perayaan Tahun Baru
Ilustrasi perayaan Tahun Baru. (Foto: Jonas Von Werne/Pexels)

Mengutip dari Live Science, gagasan 1 Januari menjadi awal tahun sudah terjadi sejak zaman pemerintahan Julius Caesar atau lima dekade sebelum lahirnya Yesus Kristus. Meskipun terdapat banyak kalender yang ada sebelum Caesar menciptakan kalender Julian pada abad ke-46 sebelum masehi, tetapi Kalender Julian menjadi yang pertama dan resmi menandai 1 Januari sebagai awal tahun.

Kalender Julian diciptakan oleh Julius Caesar untuk memperbaiki sistem penanggalan sebelumnya yang digunakan oleh bangsa Romawi. Sekitar abad ke-7 sebelum masehi, Romawi mencoba mengikuti siklus Bulan tetapi seringkali tidak sesuai dengan musim yang datang dan harus dikoreksi.

Tak hanya itu, institusi di Romawi yang memiliki tugas mengawasi kalender juga sering menyalahgunakan wewenangnya dengan menambahkan hari untuk memperpanjang masa jabatan politik.

Baca juga: 5 Ide Merayakan Tahun Baru di Rumah Aja, Anti Garing!

Saat membuat kalender barunya, Caesar dibantu oleh Sosigenes, yaitu seorang Astronom Alexandria yang memberikan saran untuk menghilangkan siklus bulan dan mengikuti tahun matahari, seperti yang digunakan oleh Mesir.

Caesar menghitung tahun menjadi 365 dan 1/4 hari, kemudian menambahkan 67 hari pada abad ke-46 SM. Sehingga, tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari dan bukan Maret. Caesar sendiri juga memutuskan setiap empat tahun sekali atau satu hari ditambahkan pada Febuari. Hal itu bertujuan agar secara teoritis kalender yang dibuatnya tidak ketinggalan zaman.

Tak lama setelah Julius Caesar terbunuh pada abad ke-44 SM, Mark Antony melakukan perubahan pada nama bulan Quintilis menjadi Julius (Juli) untuk menghormati Julius Caesar. Selain bulan Quintilis, Sextilis juga turut mengalami pergantian menjadi Augustus atau Agustus.

Kalender Julian Diganti dengan Kalender Gregorian
Ilustrasi kalender Gregorian
Ilustrasi kalender Gregorian. (Foto: Forum MacRumors)

Setelah jatuhnya kekaisaran Roma pada abad ke-5 Masehi, banyak negara Kristen yang mengubah kalender untuk mencerminkan agamanya. Namun, belakangan mulai disadari bahwa kalender Julian yang dibuat oleh Julius Caesar membutuhkan sejumlah perubahan, karena adanya kesalahan dalam perhitungan tahun kabisat.

Efek dari kesalahan tersebut menyebabkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam musim yang salah. Hal tersebut juga menyebabkan terjadinya masalah ketika hendak menentukan tanggal Hari Raya Paskah.

Pada 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan revisi dari kalender Julian yang diberi nama Kalender Gregorian. Selain memecahkan masalah tahun kabisat yang sebelumnya ada, kalender tersebut juga mengembalikan 1 Januari sebagai awal dimulainya Tahun Baru.

Beberapa negara seperti Prancis, Spanyol, dan Italia menerima kehadiran kalender baru tersebut. Namun, banyak negara Protestan dan Ortodoks yang dirasa cukup lambat untuk mengadopsi penggunaan kalender tersebut.

Inggris Raya dan kolononinya yang berada di Amerika Serikat tidak mengikuti kalender Gregorian hingga 1752. Di mana, pada masa tersebut Tahun Baru jatuh pada 25 Maret. Seiring berjalannya waktu, negara-negara non-Kristen mulai menggunakan penanggalan kalender Gregorian.

Pada 1912, Tiongkok mulai menerapkan kalender Gregorian, tetapi penerapan Tahun Baru Cina masih mengikuti penganggalan Lunar. Hal yang dilakukan oleh Tiongkok menjadi contoh bagi banyak negara yang akhirnya mengikuti kalender Gregorian, tetapi mereka tetap memiliki kalender tradisional atau keagamaan lainnya.

Namun, ada pula negara yang tidak mengadopsi penanggalan kalender Gregorian dan memulai Tahun Baru pada tanggal lain selain 1 Januari. Negara tersebut adalah Ethiopia yang memiliki perayaan Tahun Baru pada September dengan nama Enkutatash. (WAF)

Baca juga: Mau Mudik Nataru, Simak Dulu Syarat Perjalanan Darat Berikut Ini

Soffi Amira P.
[email protected]
Baru Dibuka

Glory Petshop - Alam Sutera

, Tangerang, Banten, 15143

Buka pukul 09:30 - 21:00 Buka

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!