SHARE
Home > News > Entertainment > Mikael Jasin: "The New Normal" Industri Kopi Saat Pandemi COVID-19
Mikael Jasin: "The New Normal" Industri Kopi Saat Pandemi COVID-19

Mikael Jasin: "The New Normal" Industri Kopi Saat Pandemi COVID-19

16 May 2020 10:02 WIB PT Merah Putih Media SIDE.ID Entertainment

Situasi Pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi berbagai sektor industri, salah satunya adalah industri kopi di Indonesia.

Bicara soal COVID-19 dan industri kopi, PT Merah Putih Media bersama Pamerindo Indonesia dan Informa Markets mengadakan sebuah webinar dengan tema “Evolving Digital Minds of Coffee Industry”, pada Jumat (15/5/2020).

Webinar ini membahas tentang berbagai langkah yang harus dipersiapkan agar menghidupkan kembali industri kopi di tengah pandemi ini. Salah satu pembicara dari webinar ini adalah Mikael Jasin.

Baca Juga: Aang Sunadji Bicara Soal Industri Kopi Hingga Growth Mindset di Tengah Pandemi COVID-19

Mikael merupakan juara 4 World Barista Championship 2019 dan juara 1 Indonesia Barista Championship 2019 & 2020. Ia berbagi wawasan mengenai pengalaman sebelum pandemi, saat pandemi hingga langkah-langkah yang harus dipersiapkan setelah pandemi berakhir.

1. Sebelum Masa Pandemi COVID-19

1
Mikael Jasin menjelaskan tentang cara tetap survive di industri kopi saat pandemi COVID-19 (Merahputih/Rizki Fitrianto)

Mikael menjelaskan, sebelum masa pandemi COVID-19, di kota-kota besar khususnya Jakarta banyak coffee shop yang mengusung konsep third space. Hal itu menjadikan coffee shop sebagai tempat ketiga setelah kantor dan rumah.

“Saat itu banyak yang menjual kopi tak hanya mengandalkan nilai jual dari produk, tapi juga experience bagi para pelanggan,” ucapnya dikutip dari Merahputih.com, Jumat (15/5/2020).

2. Saat Pandemi COVID-19

2
Mikael Jasin berbagi pengalaman tentang industri kopi ditengah COVID-19 (MerahputihAndhika Hutama Putra)

Saat pandemi, mereka harus melakukan omni channel, yaitu 1 brand yang sama namun tersedia dalam banyak channel atau didapatkan dari berbagai aplikasi. Sebab, para pelanggan saat ini mulai terbiasa dengan membeli produk secara online atau datang langsung ke coffee shop.

Dalam kondisi seperti ini, masyarakat dan industri kopi akan mengalami tiga tahap. Pertama adalah gangguan. Lalu, tahap kedua adalah kebingungan dan ketidakpastian. Setelah melewati dua tahap tersebut, industri kopi akan masuk ke tahap ketiga yang berarti beradaptasi ke “The New Normal”.

“Saat ini, kita masuk ke tahap kedua yang tengah berproses memasuki tahap ketiga,” ungkap Mikael.

Baca Juga: Mikael Jasin Sajikan Dua Kopi Spesial dari ICE 2020 di Breakfast Two Coffee Beans

Sementara untuk model bisnis, terdapat beberapa langkah yang sudah dilakukan oleh coffee shop, seperti mulai menjual es kopi susu siap saji berukuran 1 liter. Hal itu bertujuan untuk memudahkan masyarakat tanpa harus bolak-balik membeli kopi.

Sebenarnya, ada cara lain yang bisa dilakukan, yakni mengubah kapasitas biji kopi dalam kemasan yang dijual. Misalnya, biasa menjual biji kopi ukuran 200 gram dalam 1 pack, kini menjual dalam ukuran 100g ram saja. Hal tersebut dilakukan untuk menjangkau masyarakat yang terkena dampak COVID-19 dari segi ekonomi.

3. Setelah Pandemi COVID-19 Berakhir

3
Ada beberapa langkah untuk tetap survive disaat pandemi (Merahputih/Rizki Fitrianto)

Pada tahap ini, hal yang perlu diperhatikan adalah kebiasaan atau tingkah laku konsumennya. Apakah konsumen sudah beradaptasi dengan pembelian online atau tidak.

Contohnya adalah barista training, yang biasanya dilatih secara personal namun berubah menjadi digital. Caranya, mengunggah rekaman atau modul lewat web, yang dilengkapi dengan teori dan bisa diakses dengan cara dibeli.

Selanjutnya adalah specialty produk. Jangan hanya sekadar membeli kopi saja, tetapi juga harus memberikan sebuah pengalaman yang berbeda. Misalnya, memberikan video guide mengenai biji kopi yang baru saja di launching, kemudian memberikan edukasi pada konsumen tentang takaran suhu air yang pas dan lainnya.

”Intinya adalah bagaimana industri kopi beradaptasi di new normal dengan berbagai medium baru dan mempertahankan intergritas dari brand kita sendiri,” jelas Mikael.

Pada sesi akhir, Mikael menegaskan, meski Industri kopi merupakan salah satu industri yang sulit diterapkan secara digital, namun mau tidak mau harus tetap beradaptasi di tengah pandemi COVID-19 ini.

Baca Juga: Keseruan Launching WBC Boston Coffee Pack dari Mikael Jasin di Two Coffee Beans


Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > Entertainment > Mikael Jasin: "The New Normal" Industri Kopi Saat Pandemi COVID-19

Mikael Jasin: "The New Normal" Industri Kopi Saat Pandemi COVID-19

16 May 2020 10:02 WIB
PT Merah Putih Media SIDE.ID Entertainment

Situasi Pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi berbagai sektor industri, salah satunya adalah industri kopi di Indonesia.

Bicara soal COVID-19 dan industri kopi, PT Merah Putih Media bersama Pamerindo Indonesia dan Informa Markets mengadakan sebuah webinar dengan tema “Evolving Digital Minds of Coffee Industry”, pada Jumat (15/5/2020).

Webinar ini membahas tentang berbagai langkah yang harus dipersiapkan agar menghidupkan kembali industri kopi di tengah pandemi ini. Salah satu pembicara dari webinar ini adalah Mikael Jasin.

Baca Juga: Aang Sunadji Bicara Soal Industri Kopi Hingga Growth Mindset di Tengah Pandemi COVID-19

Mikael merupakan juara 4 World Barista Championship 2019 dan juara 1 Indonesia Barista Championship 2019 & 2020. Ia berbagi wawasan mengenai pengalaman sebelum pandemi, saat pandemi hingga langkah-langkah yang harus dipersiapkan setelah pandemi berakhir.

1. Sebelum Masa Pandemi COVID-19

1
Mikael Jasin menjelaskan tentang cara tetap survive di industri kopi saat pandemi COVID-19 (Merahputih/Rizki Fitrianto)

Mikael menjelaskan, sebelum masa pandemi COVID-19, di kota-kota besar khususnya Jakarta banyak coffee shop yang mengusung konsep third space. Hal itu menjadikan coffee shop sebagai tempat ketiga setelah kantor dan rumah.

“Saat itu banyak yang menjual kopi tak hanya mengandalkan nilai jual dari produk, tapi juga experience bagi para pelanggan,” ucapnya dikutip dari Merahputih.com, Jumat (15/5/2020).

2. Saat Pandemi COVID-19

2
Mikael Jasin berbagi pengalaman tentang industri kopi ditengah COVID-19 (MerahputihAndhika Hutama Putra)

Saat pandemi, mereka harus melakukan omni channel, yaitu 1 brand yang sama namun tersedia dalam banyak channel atau didapatkan dari berbagai aplikasi. Sebab, para pelanggan saat ini mulai terbiasa dengan membeli produk secara online atau datang langsung ke coffee shop.

Dalam kondisi seperti ini, masyarakat dan industri kopi akan mengalami tiga tahap. Pertama adalah gangguan. Lalu, tahap kedua adalah kebingungan dan ketidakpastian. Setelah melewati dua tahap tersebut, industri kopi akan masuk ke tahap ketiga yang berarti beradaptasi ke “The New Normal”.

“Saat ini, kita masuk ke tahap kedua yang tengah berproses memasuki tahap ketiga,” ungkap Mikael.

Baca Juga: Mikael Jasin Sajikan Dua Kopi Spesial dari ICE 2020 di Breakfast Two Coffee Beans

Sementara untuk model bisnis, terdapat beberapa langkah yang sudah dilakukan oleh coffee shop, seperti mulai menjual es kopi susu siap saji berukuran 1 liter. Hal itu bertujuan untuk memudahkan masyarakat tanpa harus bolak-balik membeli kopi.

Sebenarnya, ada cara lain yang bisa dilakukan, yakni mengubah kapasitas biji kopi dalam kemasan yang dijual. Misalnya, biasa menjual biji kopi ukuran 200 gram dalam 1 pack, kini menjual dalam ukuran 100g ram saja. Hal tersebut dilakukan untuk menjangkau masyarakat yang terkena dampak COVID-19 dari segi ekonomi.

3. Setelah Pandemi COVID-19 Berakhir

3
Ada beberapa langkah untuk tetap survive disaat pandemi (Merahputih/Rizki Fitrianto)

Pada tahap ini, hal yang perlu diperhatikan adalah kebiasaan atau tingkah laku konsumennya. Apakah konsumen sudah beradaptasi dengan pembelian online atau tidak.

Contohnya adalah barista training, yang biasanya dilatih secara personal namun berubah menjadi digital. Caranya, mengunggah rekaman atau modul lewat web, yang dilengkapi dengan teori dan bisa diakses dengan cara dibeli.

Selanjutnya adalah specialty produk. Jangan hanya sekadar membeli kopi saja, tetapi juga harus memberikan sebuah pengalaman yang berbeda. Misalnya, memberikan video guide mengenai biji kopi yang baru saja di launching, kemudian memberikan edukasi pada konsumen tentang takaran suhu air yang pas dan lainnya.

”Intinya adalah bagaimana industri kopi beradaptasi di new normal dengan berbagai medium baru dan mempertahankan intergritas dari brand kita sendiri,” jelas Mikael.

Pada sesi akhir, Mikael menegaskan, meski Industri kopi merupakan salah satu industri yang sulit diterapkan secara digital, namun mau tidak mau harus tetap beradaptasi di tengah pandemi COVID-19 ini.

Baca Juga: Keseruan Launching WBC Boston Coffee Pack dari Mikael Jasin di Two Coffee Beans

Baru Dibuka

Lumiere Kitchen & Wardrobe

Jl. Kp. Dongkol, Tangerang, Banten, 15320

Buka pukul 10:00 - 18:00 Tutup

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!