SHARE
Home > News > Music > Musik Indonesia Geser Dominasi Musik Asing di Layanan Streaming

Musik Indonesia Geser Dominasi Musik Asing di Layanan Streaming

23 June 2023 13:46 WIB Musik

Musik lokal pop indonesia dan pop daerah kian memiliki tempat bagi para pendengar setianya. Keduanya mulai menjadi pesaing lagu-lagu asing yang biasa mendominasi layanan streaming di Indonesia.

"Sekitar lima tahun yang lalu, konsumsi pasar musik yakni 70 persen internasional dan 30 persen lokal. Akhir-akhir ini, bagaimanapun, pasar telah menjadi jauh lebih lokal. Banyak orang mengonsumsi lagu-lagu Indonesia dan Jawa. Menurut analisis kami, pembagian konsumsi telah bergeser menjadi 60 persen internasional, 40 persen lokal," kata Country Manager Believe Indonesia Dahlia Wijaya, seperti dilansir ANTARA, Rabu (21/6).

Melansir Merah Putih, Dahlia menggambarkan bahwa musik lokal saat ini didominasi oleh genre pop dalam bahasa Indonesia, yang meliputi lagu pop berbahasa Jawa, Minang, Batak, Sunda, Manado, Papua, dan Ambon. Di YouTube, genre yang populer di tingkat lokal meliputi dangdut, pop Jawa, pop Melayu, dan K-Pop.

"K-Pop sangat digemari di sini, bahkan telah mengalahkan popularitas pop Jepang yang sempat tenar beberapa tahun lalu," jelas Dahlia.

Dahlia menambahkan bahwa daya tarik genre dangdut, yang biasanya dinyanyikan dalam bahasa Jawa, terletak pada kombinasi tariannya yang mirip dengan tarian yang ditemukan dalam musik India.

Berbagai layanan streaming musik memudahkan penggunanya untuk memilih genre sesuai selera. Foto: Unsplash/Sgcdesignco

"Penggemar dangdut suka menonton video untuk koreografi, sama seperti mereka suka mendengarkan lagu. Itu sebabnya, YouTube adalah platform pilihan mereka," imbuhnya.

Sangat mengesankan bahwa sebagian besar layanan streaming digital mendukung musik lokal dan hyperlocal, dengan banyak di antaranya memiliki daftar putar khusus. Contohnya, Spotify meluncurkan kampanye lokal #SpotifyIDentitasku pada Oktober 2022 untuk merayakan keberagaman budaya dan identitas musik Indonesia.

"Enam seniman terpilih sebagai wajah kampanye ini, dan lima di antaranya berasal dari Believe, yang membuat kami sangat bangga," ungkap Dahlia.

Baca Juga: Aplikasi Streaming Musik Selain Spotify yang Bisa Kamu Coba

Dahlia menjelaskan bahwa mayoritas layanan streaming digital menawarkan paket "freemium" dan premium, karena meskipun orang Indonesia menyukai musik, mereka tidak selalu bersedia membayar untuk mengaksesnya.

"Jadi, bisnis di sini sebagian besar masih bersifat freemium dan sangat fokus pada video, yang mencakup lebih dari setengah pendapatan streaming. Kami memperkirakan bahwa kurang dari 1% populasi membayar untuk paket premium," jelasnya.

Sebagai perbandingan, Thailand memiliki sekitar 3% pengguna berbayar, China 9%, dan AS lebih dari 35%. Mengubah pengguna gratis menjadi pengguna berbayar, menurut Dahlia, adalah proses yang panjang dan sulit bagi layanan streaming digital karena berkaitan dengan pendidikan pengguna tentang keuntungan model premium.

"Konversi di Indonesia masih pada tahap awal, seperti halnya pasar lain yang sedang mengembangkan model premium," pungkas Dahlia. (and)

Baca juga: Spotify Luncurkan Netflix Hub, Pengguna Bisa Cari Soundtrack Film


Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > Music > Musik Indonesia Geser Dominasi Musik Asing di Layanan Streaming

Musik Indonesia Geser Dominasi Musik Asing di Layanan Streaming

23 June 2023 13:46 WIB
Musik

Musik lokal pop indonesia dan pop daerah kian memiliki tempat bagi para pendengar setianya. Keduanya mulai menjadi pesaing lagu-lagu asing yang biasa mendominasi layanan streaming di Indonesia.

"Sekitar lima tahun yang lalu, konsumsi pasar musik yakni 70 persen internasional dan 30 persen lokal. Akhir-akhir ini, bagaimanapun, pasar telah menjadi jauh lebih lokal. Banyak orang mengonsumsi lagu-lagu Indonesia dan Jawa. Menurut analisis kami, pembagian konsumsi telah bergeser menjadi 60 persen internasional, 40 persen lokal," kata Country Manager Believe Indonesia Dahlia Wijaya, seperti dilansir ANTARA, Rabu (21/6).

Melansir Merah Putih, Dahlia menggambarkan bahwa musik lokal saat ini didominasi oleh genre pop dalam bahasa Indonesia, yang meliputi lagu pop berbahasa Jawa, Minang, Batak, Sunda, Manado, Papua, dan Ambon. Di YouTube, genre yang populer di tingkat lokal meliputi dangdut, pop Jawa, pop Melayu, dan K-Pop.

"K-Pop sangat digemari di sini, bahkan telah mengalahkan popularitas pop Jepang yang sempat tenar beberapa tahun lalu," jelas Dahlia.

Dahlia menambahkan bahwa daya tarik genre dangdut, yang biasanya dinyanyikan dalam bahasa Jawa, terletak pada kombinasi tariannya yang mirip dengan tarian yang ditemukan dalam musik India.

Berbagai layanan streaming musik memudahkan penggunanya untuk memilih genre sesuai selera. Foto: Unsplash/Sgcdesignco

"Penggemar dangdut suka menonton video untuk koreografi, sama seperti mereka suka mendengarkan lagu. Itu sebabnya, YouTube adalah platform pilihan mereka," imbuhnya.

Sangat mengesankan bahwa sebagian besar layanan streaming digital mendukung musik lokal dan hyperlocal, dengan banyak di antaranya memiliki daftar putar khusus. Contohnya, Spotify meluncurkan kampanye lokal #SpotifyIDentitasku pada Oktober 2022 untuk merayakan keberagaman budaya dan identitas musik Indonesia.

"Enam seniman terpilih sebagai wajah kampanye ini, dan lima di antaranya berasal dari Believe, yang membuat kami sangat bangga," ungkap Dahlia.

Baca Juga: Aplikasi Streaming Musik Selain Spotify yang Bisa Kamu Coba

Dahlia menjelaskan bahwa mayoritas layanan streaming digital menawarkan paket "freemium" dan premium, karena meskipun orang Indonesia menyukai musik, mereka tidak selalu bersedia membayar untuk mengaksesnya.

"Jadi, bisnis di sini sebagian besar masih bersifat freemium dan sangat fokus pada video, yang mencakup lebih dari setengah pendapatan streaming. Kami memperkirakan bahwa kurang dari 1% populasi membayar untuk paket premium," jelasnya.

Sebagai perbandingan, Thailand memiliki sekitar 3% pengguna berbayar, China 9%, dan AS lebih dari 35%. Mengubah pengguna gratis menjadi pengguna berbayar, menurut Dahlia, adalah proses yang panjang dan sulit bagi layanan streaming digital karena berkaitan dengan pendidikan pengguna tentang keuntungan model premium.

"Konversi di Indonesia masih pada tahap awal, seperti halnya pasar lain yang sedang mengembangkan model premium," pungkas Dahlia. (and)

Baca juga: Spotify Luncurkan Netflix Hub, Pengguna Bisa Cari Soundtrack Film

Baru Dibuka

Glory Petshop - Alam Sutera

, Tangerang, Banten, 15143

Buka pukul 09:30 - 21:00 Tutup

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!