SHARE
Home > News > News > Puncak Omicron Diprediksi Akhir Februari, Lebih Tinggi dari Delta
Puncak Omicron Diprediksi Akhir Februari, Lebih Tinggi dari Delta

Puncak Omicron Diprediksi Akhir Februari, Lebih Tinggi dari Delta

02 February 2022 08:37 WIB Telemedicine COVID-19 Merahputih

Puncak gelombang COVID-19 varian Omicron di Indonesia diprediksi akan terjadi pada akhir Februari 2022. Bahkan, puncak Omicron juga diprediksi dua hingga tiga kali lebih tinggi dibanding varian Delta.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan persnya usai Rapat Terbatas Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dipimpin Presiden Joko Widodo secara virtual, Senin (31/1/2022) lalu.

“Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57.000 kasus per hari, kita mesti siap-siap dan hati-hati dan waspada, tidak perlu kaget kalau melihat di negara-negara lain itu bisa dua kali sampai tiga kali di atas puncak Delta,” ujarnya.

Baca juga: Prediksi Puncak Omicron Februari-Maret 2022, Luhut Imbau Kantor Terapkan WFH

Menkes Budi Gunadi Sadikin usai melakukan Rapat Terbatas Evaluasi PPKM
Menkes Budi Gunadi Sadikin usai melakukan Rapat Terbatas Evaluasi PPKM. (Foto: Deni/Humas Setkab)

Budi juga mengimbau masyarakat yang terkonfirmasi COVID-19 tanpa gejala hingga gejala ringan atau sedang, agar melakukan isolasi secara mandiri di rumah.

“Tidak usah khawatir, kalau misalnya terkena tanpa gejela atau ada batuk, pilek sedikit, demam sedikit tapi saturasinya masih di atas 94-95 persen, dirawat saja di rumah. Biar rumah sakit diberikan untuk orang-orang memang yang membutuhkannya,” jelasnya.

Baca juga: Begini Cara Penyembuhan Isolasi Mandiri di Rumah

Bagi pasien COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah dan membutuhkan obat-obatan, maka bisa memperolehnya di apotek atau aplikasi telemedicine.

“Kalau memang dibutuhkan obat-obatan anti virusnya kita sudah siapkan lebih dari 20 juta dosis Favipiravir atau Avigan dan Molnupiravir, dua itu obat antivirus yang disetujui oleh organisasi profesi,” ujarnya.

Layanan Telemedicine dari Kemenkes RI
Layanan Telemedicine dari Kemenkes RI. (Foto: Kemenkes)

Terkait vaksinasi, Budi mengatakan pihaknya akan memprioritaskan pemberian dosis vaksin kepada masyarakat yang belum menerimanya, terutama lansia dan anak-anak.

“60 persen yang meninggal belum divaksin atau belum vaksin lengkap, 63 persen yang sedang dan berat adalah belum divaksin atau divaksin lengkap, termasuk anak-anak,” tambahnya.

Baca juga: Cegah Omicron, Ini Jenis Masker yang Disarankan BPOM Amerika Serikat

Soffi Amira P.
[email protected]

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > News > Puncak Omicron Diprediksi Akhir Februari, Lebih Tinggi dari Delta

Puncak Omicron Diprediksi Akhir Februari, Lebih Tinggi dari Delta

02 February 2022 08:37 WIB
Telemedicine COVID-19 Merahputih

Puncak gelombang COVID-19 varian Omicron di Indonesia diprediksi akan terjadi pada akhir Februari 2022. Bahkan, puncak Omicron juga diprediksi dua hingga tiga kali lebih tinggi dibanding varian Delta.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan persnya usai Rapat Terbatas Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dipimpin Presiden Joko Widodo secara virtual, Senin (31/1/2022) lalu.

“Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57.000 kasus per hari, kita mesti siap-siap dan hati-hati dan waspada, tidak perlu kaget kalau melihat di negara-negara lain itu bisa dua kali sampai tiga kali di atas puncak Delta,” ujarnya.

Baca juga: Prediksi Puncak Omicron Februari-Maret 2022, Luhut Imbau Kantor Terapkan WFH

Menkes Budi Gunadi Sadikin usai melakukan Rapat Terbatas Evaluasi PPKM
Menkes Budi Gunadi Sadikin usai melakukan Rapat Terbatas Evaluasi PPKM. (Foto: Deni/Humas Setkab)

Budi juga mengimbau masyarakat yang terkonfirmasi COVID-19 tanpa gejala hingga gejala ringan atau sedang, agar melakukan isolasi secara mandiri di rumah.

“Tidak usah khawatir, kalau misalnya terkena tanpa gejela atau ada batuk, pilek sedikit, demam sedikit tapi saturasinya masih di atas 94-95 persen, dirawat saja di rumah. Biar rumah sakit diberikan untuk orang-orang memang yang membutuhkannya,” jelasnya.

Baca juga: Begini Cara Penyembuhan Isolasi Mandiri di Rumah

Bagi pasien COVID-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah dan membutuhkan obat-obatan, maka bisa memperolehnya di apotek atau aplikasi telemedicine.

“Kalau memang dibutuhkan obat-obatan anti virusnya kita sudah siapkan lebih dari 20 juta dosis Favipiravir atau Avigan dan Molnupiravir, dua itu obat antivirus yang disetujui oleh organisasi profesi,” ujarnya.

Layanan Telemedicine dari Kemenkes RI
Layanan Telemedicine dari Kemenkes RI. (Foto: Kemenkes)

Terkait vaksinasi, Budi mengatakan pihaknya akan memprioritaskan pemberian dosis vaksin kepada masyarakat yang belum menerimanya, terutama lansia dan anak-anak.

“60 persen yang meninggal belum divaksin atau belum vaksin lengkap, 63 persen yang sedang dan berat adalah belum divaksin atau divaksin lengkap, termasuk anak-anak,” tambahnya.

Baca juga: Cegah Omicron, Ini Jenis Masker yang Disarankan BPOM Amerika Serikat

Soffi Amira P.
[email protected]
Baru Dibuka

Lumiere Kitchen & Wardrobe

Jl. Kp. Dongkol, Tangerang, Banten, 15320

Buka pukul 10:00 - 18:00 Buka

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!