Home > News > Features > Sepakbola, Punk dan Rivalitas Hamburg, St Pauli Jadi Barisan Penentang Kapitalisme
Sepakbola, Punk dan Rivalitas Hamburg, St Pauli Jadi Barisan Penentang Kapitalisme
12 February 2023 19:28 WIB Olahraga St PauliKlub sepakbola memiliki latar belakang yang berbeda-beda, tidak terlepas dari ideologi serta peran suporter yang berbaris disetiap nafas pertandingannya.
Ideologi yang terbentuk juga dipengaruhi oleh masa-masa sebelumnya yang kemudian mendarah daging hingga masa saat ini, tidak menutup kemungkinan ideologi ini pun diwariskan untuk masa depan. Seperti halnya St Pauli yang memiliki sejumlah keunikan dibandingkan klub Bundesliga yang lain.
Kesebelasan yang berdiri sejak Mei 1910 ini merupakan bagian dari kota Hamburg yang sekaligus musuh sejati Hamburger SV. Klub yang dijuluki Klub Punk tersebut memang dihuni oleh suporter kaum proletar, buruh hingga nelayan serta lapisan masyarakat bawah lainnya.
Secara fundamental suporter St. Pauli memang bertentangan dengan kemapanan, mereka juga merepresentasikan perkembangan nilai anarkisme, libertarianisme hingga sposialisme kaum kelas bawah di kota tercintanya Hamburg. Tidak heran suporter ini seringkali berkampanye anti-fasis saat laga kandang maupun tandang.
Soliditas dan mentalitas suporter St Pauli
Integrasi prinsip fundamental Leitlinien juga dijalankan untuk mendikte perjalanan klub. Bagi mereka sepakbola St Pauli lebih dari sekedar permainan melainkan juga kemanusiaan. Representasi logo tengkorak dan tulang menyilang menjadi atribut fenomenal yang melekat pada suporter St Pauli, hal ini didasari dengan cerminan mereka yang memiliki kesetiakawanan, serta kolektivitas tinggi lebih dari suporter sepakbola Panzer manapun.
"St.Pauli adalah klub otentik. Cara kami berbeda dengan mencari cara mandiri untuk menjaga nilai-nilai luhur dari segala komersialisasi," ujar Michael Pahl yang dikutip dari Republika.
Ultras St Pauli dikenal ramah dan memiliki ideologis yang amat kuat. Mereka memiliki sifat kemandirian ekonomi, yang membentuk sebuah normatif perjuangan klub dari bawah, ketimbang mengejar prestasi dan membeli pemain secara jor-joran. Suporter St. Pauli tidak pernah protes terhadap pencapaian dan prestasi klub walaupun harus hancur ke jurang degradasi. Ultras Punk satu ini lebih bangga klubnya berjuang dari bawah ketimbang menerima sokongan dana kapitalis demi kemenangan yang instan.
"Klub ini berusaha mendengar semua opini orang dan mencari cara untuk berkompromi. Memang tidak mungkin membuat semua orang senang tapi ini adalah nilai yang kami anut," pungkasnya.
Rivalitas klub satu kota timbulkan kekacauan
Rivalitas tidak hanya tercipta atas persaingan untuk menunjukkan siapa yang terbaik. Dilatarbelakangi kerusuhan politik yang mengganggu ketidakstabilan ekonomi Jerman era 1980-an, kelompok sayap kanan sepakbola Jerman menggunakan sepakbola sebagai alat untuk menyuarakan pandangan fasisnya.
Saat itu St Pauli yang bertentangan dengan ideologi sayap kanan menerima serangan bom molotov dari simpatisan Nazi klub Hamburg SV dan Borussia Dortmund, tepatnya di perumahan menuju stadion Millerntor St. Pauli pada Desember 1984. Waktu itu, simpatian Nazi membludak ke halaman beberapa stadion sepakbola di Jerman, tanpa terkecuali stadion Hamburg SV sambil menyebarkan propaganda.
Derby Hamburg terasa lebih panas dari derby apapun. Pada sisi yang berbeda, klub Hamburger SV yang membiru lebih mencuat prestasinya, dengan rasa percaya diri mereka menganggap adalah wakil Jerman Utara terbaik di Liga Bayern Munich.
Sedangkan St Pauli hanya klub kecil yang dikenal oleh para pendatang pelabuhan Hamburg dengan ideologi yang kuat, meski prestasinya dibawah Hamburger SV. Tendensi derby ini menjadi pertarungan visi hingga ideologi politik yang menitikberatkan bagaimana cara yang tepat untuk mengelola sepakbola.
Pradia Eggi
[email protected]
Related Article
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > Features > Sepakbola, Punk dan Rivalitas Hamburg, St Pauli Jadi Barisan Penentang Kapitalisme
Sepakbola, Punk dan Rivalitas Hamburg, St Pauli Jadi Barisan Penentang Kapitalisme
12 February 2023 19:28 WIBOlahraga St Pauli
Klub sepakbola memiliki latar belakang yang berbeda-beda, tidak terlepas dari ideologi serta peran suporter yang berbaris disetiap nafas pertandingannya.
Ideologi yang terbentuk juga dipengaruhi oleh masa-masa sebelumnya yang kemudian mendarah daging hingga masa saat ini, tidak menutup kemungkinan ideologi ini pun diwariskan untuk masa depan. Seperti halnya St Pauli yang memiliki sejumlah keunikan dibandingkan klub Bundesliga yang lain.
Kesebelasan yang berdiri sejak Mei 1910 ini merupakan bagian dari kota Hamburg yang sekaligus musuh sejati Hamburger SV. Klub yang dijuluki Klub Punk tersebut memang dihuni oleh suporter kaum proletar, buruh hingga nelayan serta lapisan masyarakat bawah lainnya.
Secara fundamental suporter St. Pauli memang bertentangan dengan kemapanan, mereka juga merepresentasikan perkembangan nilai anarkisme, libertarianisme hingga sposialisme kaum kelas bawah di kota tercintanya Hamburg. Tidak heran suporter ini seringkali berkampanye anti-fasis saat laga kandang maupun tandang.
Soliditas dan mentalitas suporter St Pauli
Integrasi prinsip fundamental Leitlinien juga dijalankan untuk mendikte perjalanan klub. Bagi mereka sepakbola St Pauli lebih dari sekedar permainan melainkan juga kemanusiaan. Representasi logo tengkorak dan tulang menyilang menjadi atribut fenomenal yang melekat pada suporter St Pauli, hal ini didasari dengan cerminan mereka yang memiliki kesetiakawanan, serta kolektivitas tinggi lebih dari suporter sepakbola Panzer manapun.
"St.Pauli adalah klub otentik. Cara kami berbeda dengan mencari cara mandiri untuk menjaga nilai-nilai luhur dari segala komersialisasi," ujar Michael Pahl yang dikutip dari Republika.
Ultras St Pauli dikenal ramah dan memiliki ideologis yang amat kuat. Mereka memiliki sifat kemandirian ekonomi, yang membentuk sebuah normatif perjuangan klub dari bawah, ketimbang mengejar prestasi dan membeli pemain secara jor-joran. Suporter St. Pauli tidak pernah protes terhadap pencapaian dan prestasi klub walaupun harus hancur ke jurang degradasi. Ultras Punk satu ini lebih bangga klubnya berjuang dari bawah ketimbang menerima sokongan dana kapitalis demi kemenangan yang instan.
"Klub ini berusaha mendengar semua opini orang dan mencari cara untuk berkompromi. Memang tidak mungkin membuat semua orang senang tapi ini adalah nilai yang kami anut," pungkasnya.
Rivalitas klub satu kota timbulkan kekacauan
Rivalitas tidak hanya tercipta atas persaingan untuk menunjukkan siapa yang terbaik. Dilatarbelakangi kerusuhan politik yang mengganggu ketidakstabilan ekonomi Jerman era 1980-an, kelompok sayap kanan sepakbola Jerman menggunakan sepakbola sebagai alat untuk menyuarakan pandangan fasisnya.
Saat itu St Pauli yang bertentangan dengan ideologi sayap kanan menerima serangan bom molotov dari simpatisan Nazi klub Hamburg SV dan Borussia Dortmund, tepatnya di perumahan menuju stadion Millerntor St. Pauli pada Desember 1984. Waktu itu, simpatian Nazi membludak ke halaman beberapa stadion sepakbola di Jerman, tanpa terkecuali stadion Hamburg SV sambil menyebarkan propaganda.
Derby Hamburg terasa lebih panas dari derby apapun. Pada sisi yang berbeda, klub Hamburger SV yang membiru lebih mencuat prestasinya, dengan rasa percaya diri mereka menganggap adalah wakil Jerman Utara terbaik di Liga Bayern Munich.
Sedangkan St Pauli hanya klub kecil yang dikenal oleh para pendatang pelabuhan Hamburg dengan ideologi yang kuat, meski prestasinya dibawah Hamburger SV. Tendensi derby ini menjadi pertarungan visi hingga ideologi politik yang menitikberatkan bagaimana cara yang tepat untuk mengelola sepakbola.