Home > News > Entertainment > Siapa Sangka Dulu Kerja di Stussy, James Jebbia Kini Sukses dengan Supreme
Siapa Sangka Dulu Kerja di Stussy, James Jebbia Kini Sukses dengan Supreme
19 October 2020 20:14 WIB Stussy James Jebbia SupremeBerawal dari sebuah toko kecil di Lafayette Street di Kota New York, Amerika Serikat, kini merek Supreme telah dikenal berbagai kalangan bahkan hingga menjadi sebuah budaya fesyen yang mendunia. Tak banyak yang tahu, sang pendiri yang bernama James Jebbia ternyata sebelum memulai Supreme pernah bekerja untuk Stussy.
Stussy adalah sebuah merek pakaian asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Frank Sinatra Jr., anak dari Frank Sinatra seorang penyanyi asal Amerika Serikat yang terkenal dengan lagunya yaitu, 'Fly Me to the Moon'. Lalu James mulai bergabung dengan Stussy setelah bertemu dengan Shawn Stussy (salah satu pendiri).
Saat itu Stussy baru memiliki satu toko ritel bernama Union di pinggir kota Manhattan, lalu James memulai karirnya bersama Stussy sebagai manajer toko. Perlahan, James juga berperan penting dalam perjalanan Stussy dengan membawa merek tersebut ke dalam kultur skateboard yang memang sedang hits kala itu.
Tak hanya bekerja sama, James juga belajar banyak dari Shawn tentang bagaimana memasarkan sebuah merek. Sebelum bertemu Shawn pun James sempat bekerja di sebuah toko pakaian dan skateboard di SoHo, sebuah wilayah di Lower Manhattan dan James belajar banyak mengenai industri ritel di sana.
Suatu ketika Shawn Stussy menjual sebagian besar kepemeilikan mereknya dan mendorong James Jebbia untuk mendirikan merek pakaiannya sendiri yang bernama Supreme. James pun berhasil mendirikan sebuah toko kecil pada tahun 1994 di Lafayette Street yang menjadi cikal bakal merek besar Supreme saat ini, dengan modal hanya US$12.000.
James memang memfokuskan mereknya terhadap para penggemar skateboard di Amerika Serikat, bahkan para karyawannya pun rata-rata merupakan penggemar skateboard. James bertekad menjadikan merek Supreme sebagai salah satu merek skate paling top di Amerika saat itu.
Perjalanan Supreme hingga menjadi salah satu merek streetwear paling terkemuka di Amerika Serikat pun tak membutuhkan waktu lama. Salah satu strategi unik yang dijalankan James yaitu dengan memproduksi pakaian-pakaiannya dalam jumlah terbatas.
Kemudian secara perlahan James pun konsisten berkolaborasi dengan merek-merek ternama lainnya seperti Comme des Garcons, Levi's, Vans, dan Louis Vuitton. James juga berkolaborasi dengan artis-artis papan atas seperti Damien Hirst, Takashi Murakami, Richard Prince, dan band-band ternama seperti The Clash dan The Misfits.
Kolaborasi tersebut pun berhasil mengangkat citra Supreme hingga menjadi ikon merek pakaian dalam budaya remaja atau anak muda penggemar skateboard di negeri Paman Sam tersebut.
Konsep berjualan James pun terbilang sangat unik pada jaman itu. Biasanya ketika suatu produk mengalami permintaan tinggi, maka produsen akan menggenjot produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar agar mendapatkan lebih banyak penjualan dan keuntungan.
Namun James memiliki cara berpikir yang berbeda dalam menjual produk-produknya, yaitu dengan tidak pernah memproduksinya lagi. James ingin pakaian-pakaian buatannya diproduksi eksklusif dan membuat nilai produk tersebut melambung tinggi.
Tak hanya pakaian, Supreme juga memproduksi berbagai barang-barang unik yang tidak biasa seperti helm, APAR (Alat Pemadam Api Ringan), mangkuk mie, batu-bata, palu, tas, dan berbagai macam aksesoris lainnya.
Sebetulnya barang-barang tersebut merupakan barang biasa yang kita temui sehari-hari, namun dengan desain unik ala Supreme dan jumlah produksinya yang terbatas, para pembeli dan penggemar pun rela menunggu dan mengantri berhari-hari ketika Supreme merilis produk-produk tersebut.
"Yang paling penting bagi kami adalah memiliki produk-produk hebat di toko yang kami harap orang-orang akan suka apa yang mereka beli dan laku, dan kami terus bergerak" - James Jebbia.
Pradia Eggi
[email protected]
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > Entertainment > Siapa Sangka Dulu Kerja di Stussy, James Jebbia Kini Sukses dengan Supreme
Siapa Sangka Dulu Kerja di Stussy, James Jebbia Kini Sukses dengan Supreme
19 October 2020 20:14 WIBStussy James Jebbia Supreme
Berawal dari sebuah toko kecil di Lafayette Street di Kota New York, Amerika Serikat, kini merek Supreme telah dikenal berbagai kalangan bahkan hingga menjadi sebuah budaya fesyen yang mendunia. Tak banyak yang tahu, sang pendiri yang bernama James Jebbia ternyata sebelum memulai Supreme pernah bekerja untuk Stussy.
Stussy adalah sebuah merek pakaian asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Frank Sinatra Jr., anak dari Frank Sinatra seorang penyanyi asal Amerika Serikat yang terkenal dengan lagunya yaitu, 'Fly Me to the Moon'. Lalu James mulai bergabung dengan Stussy setelah bertemu dengan Shawn Stussy (salah satu pendiri).
Saat itu Stussy baru memiliki satu toko ritel bernama Union di pinggir kota Manhattan, lalu James memulai karirnya bersama Stussy sebagai manajer toko. Perlahan, James juga berperan penting dalam perjalanan Stussy dengan membawa merek tersebut ke dalam kultur skateboard yang memang sedang hits kala itu.
Tak hanya bekerja sama, James juga belajar banyak dari Shawn tentang bagaimana memasarkan sebuah merek. Sebelum bertemu Shawn pun James sempat bekerja di sebuah toko pakaian dan skateboard di SoHo, sebuah wilayah di Lower Manhattan dan James belajar banyak mengenai industri ritel di sana.
Suatu ketika Shawn Stussy menjual sebagian besar kepemeilikan mereknya dan mendorong James Jebbia untuk mendirikan merek pakaiannya sendiri yang bernama Supreme. James pun berhasil mendirikan sebuah toko kecil pada tahun 1994 di Lafayette Street yang menjadi cikal bakal merek besar Supreme saat ini, dengan modal hanya US$12.000.
James memang memfokuskan mereknya terhadap para penggemar skateboard di Amerika Serikat, bahkan para karyawannya pun rata-rata merupakan penggemar skateboard. James bertekad menjadikan merek Supreme sebagai salah satu merek skate paling top di Amerika saat itu.
Perjalanan Supreme hingga menjadi salah satu merek streetwear paling terkemuka di Amerika Serikat pun tak membutuhkan waktu lama. Salah satu strategi unik yang dijalankan James yaitu dengan memproduksi pakaian-pakaiannya dalam jumlah terbatas.
Kemudian secara perlahan James pun konsisten berkolaborasi dengan merek-merek ternama lainnya seperti Comme des Garcons, Levi's, Vans, dan Louis Vuitton. James juga berkolaborasi dengan artis-artis papan atas seperti Damien Hirst, Takashi Murakami, Richard Prince, dan band-band ternama seperti The Clash dan The Misfits.
Kolaborasi tersebut pun berhasil mengangkat citra Supreme hingga menjadi ikon merek pakaian dalam budaya remaja atau anak muda penggemar skateboard di negeri Paman Sam tersebut.
Konsep berjualan James pun terbilang sangat unik pada jaman itu. Biasanya ketika suatu produk mengalami permintaan tinggi, maka produsen akan menggenjot produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar agar mendapatkan lebih banyak penjualan dan keuntungan.
Namun James memiliki cara berpikir yang berbeda dalam menjual produk-produknya, yaitu dengan tidak pernah memproduksinya lagi. James ingin pakaian-pakaian buatannya diproduksi eksklusif dan membuat nilai produk tersebut melambung tinggi.
Tak hanya pakaian, Supreme juga memproduksi berbagai barang-barang unik yang tidak biasa seperti helm, APAR (Alat Pemadam Api Ringan), mangkuk mie, batu-bata, palu, tas, dan berbagai macam aksesoris lainnya.
Sebetulnya barang-barang tersebut merupakan barang biasa yang kita temui sehari-hari, namun dengan desain unik ala Supreme dan jumlah produksinya yang terbatas, para pembeli dan penggemar pun rela menunggu dan mengantri berhari-hari ketika Supreme merilis produk-produk tersebut.
"Yang paling penting bagi kami adalah memiliki produk-produk hebat di toko yang kami harap orang-orang akan suka apa yang mereka beli dan laku, dan kami terus bergerak" - James Jebbia.