Heboh Radiasi Radioaktif Nuklir di Serpong, Begini Penjelasannya
18 February 2020 03:26 WIB News SerpongBeberapa hari kebelakang, Serpong dikejutkan dengan berita paparan radiasi nuklir. Paparan radiasi ini pertama kali ditemukan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) pada 7 Februari 2020, di area tanah kosong Blok J Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan.
Menurut Kepala Biro Hukum, Kerjasama, dan Komunikasi Publik BAPETEN, Indra Gunawan menjelaskan, hasil lab dari BATAN, (serpihan radioaktif berbentuk butiran pasir) sudah terkonfirmasi (mengandung unsur) Caesium-137. Indra memaparkan paparan radioaktif dari Caesium-137 ini pada dosis tertentu bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
“Kalau paparannya lebih dekat dengan organ mata, dapat sebabkan katarak. Bahkan, papran radiasi ini juga bisa mempengaruhi kesuburan pria serta berbagai isu kesehatan lainnya. Namun tergantung jenis paparan radiasinya,” ucapnya seperti Side.id kutip dari Kompas.com, Senin (17/2/2020).
Dilansir dari situs batan.go.id¸ sejak 2011 BATAN tengah mengembangkan kamera gamma untuk penelitian kanker payudara dan kanker prostat. BATAN juga memproduksi perangkat radiofarmaka untuk pemeriksaan aliran di Jantung, dengan adanya radiofarmaka pemeriksaan tidak perlu menggunakan kateter konvesional yang menyakitkan.
Selain itu, dalam kasus radiasi nuklir yang terjadi di Serpong, hal yang paling ditakutkan yaitu pencemaran terhadap air tanah. Tim gabungan BAPETEN telah melakukan pengambilan dan pemeriksaan air tanah dan tanah di lokasi ditemukannya objek radioaktif tersebut.
“Hasil lab BATAN dari sampel tanah yang kami ambil sudah keluar. Hasilnya (air tanah) masih normal tidak ada kontaminasi (radioaktif),” jelas Indra.
Selanjutnya, tim teknis dari BATAN sudah mulai melakukan upaya pembersihan. Pengerukan tanah dan vegatis di atasnya masih dalam proses dan diharapkan bisa segera selesai.
“Luasan lokasi (tanah terkontaminasi) yang dikeruk, sekitar 10 kali 10 meter. Pengerukan akan dilakukan hingga ke lapisan (tanah) tertentu,” lanjutnya.
Walaupun demikian, BAPETEN mengimbau agar masyarakat tidak melewati garis batas di area ditemukannya serpihan radioaktif tersebut. Terkait adanya isu kebocoran instalasi nuklir di kawasan nuklir Serpong, Indra menginformasikan bahwa informasi tersebut tidak benar.
“Kami informasikan itu (kebocoran nuklir) tidak ada. Selain itu, tidak ada paparan radiasi tinggi (dari Caesium 137) di komplek Batan. Jadi kami imbau masyarakat untuk bisa tetap beraktivitas seperti biasa," sambung Indra
Febrian Adi
[email protected]
Related Article
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Heboh Radiasi Radioaktif Nuklir di Serpong, Begini Penjelasannya
18 February 2020 03:26 WIBNews Serpong
Beberapa hari kebelakang, Serpong dikejutkan dengan berita paparan radiasi nuklir. Paparan radiasi ini pertama kali ditemukan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) pada 7 Februari 2020, di area tanah kosong Blok J Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan.
Menurut Kepala Biro Hukum, Kerjasama, dan Komunikasi Publik BAPETEN, Indra Gunawan menjelaskan, hasil lab dari BATAN, (serpihan radioaktif berbentuk butiran pasir) sudah terkonfirmasi (mengandung unsur) Caesium-137. Indra memaparkan paparan radioaktif dari Caesium-137 ini pada dosis tertentu bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
“Kalau paparannya lebih dekat dengan organ mata, dapat sebabkan katarak. Bahkan, papran radiasi ini juga bisa mempengaruhi kesuburan pria serta berbagai isu kesehatan lainnya. Namun tergantung jenis paparan radiasinya,” ucapnya seperti Side.id kutip dari Kompas.com, Senin (17/2/2020).
Dilansir dari situs batan.go.id¸ sejak 2011 BATAN tengah mengembangkan kamera gamma untuk penelitian kanker payudara dan kanker prostat. BATAN juga memproduksi perangkat radiofarmaka untuk pemeriksaan aliran di Jantung, dengan adanya radiofarmaka pemeriksaan tidak perlu menggunakan kateter konvesional yang menyakitkan.
Selain itu, dalam kasus radiasi nuklir yang terjadi di Serpong, hal yang paling ditakutkan yaitu pencemaran terhadap air tanah. Tim gabungan BAPETEN telah melakukan pengambilan dan pemeriksaan air tanah dan tanah di lokasi ditemukannya objek radioaktif tersebut.
“Hasil lab BATAN dari sampel tanah yang kami ambil sudah keluar. Hasilnya (air tanah) masih normal tidak ada kontaminasi (radioaktif),” jelas Indra.
Selanjutnya, tim teknis dari BATAN sudah mulai melakukan upaya pembersihan. Pengerukan tanah dan vegatis di atasnya masih dalam proses dan diharapkan bisa segera selesai.
“Luasan lokasi (tanah terkontaminasi) yang dikeruk, sekitar 10 kali 10 meter. Pengerukan akan dilakukan hingga ke lapisan (tanah) tertentu,” lanjutnya.
Walaupun demikian, BAPETEN mengimbau agar masyarakat tidak melewati garis batas di area ditemukannya serpihan radioaktif tersebut. Terkait adanya isu kebocoran instalasi nuklir di kawasan nuklir Serpong, Indra menginformasikan bahwa informasi tersebut tidak benar.
“Kami informasikan itu (kebocoran nuklir) tidak ada. Selain itu, tidak ada paparan radiasi tinggi (dari Caesium 137) di komplek Batan. Jadi kami imbau masyarakat untuk bisa tetap beraktivitas seperti biasa," sambung Indra