Mengapa Produk 'Eco-Friendly' Tidak Ramah Kantong? Ini Alasannya
22 February 2023 17:24 WIB Fashion Lingkungan FeaturesSaat ini, kampanye eco-friendly fashion masih sering dilakukan oleh berbagai kalangan termasuk anak muda. Kampanye ini didasari oleh adanya pola hidup yang dianggap konsumerisme dan hedonisme yang ditimbulkan dari fast fashion.
Diketahui, fast fashion merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan desain pakaian yang diproduksi cepat ke toko agar memanfaatkan tren.
Baca juga: Adidas + YEEZY Rilis Koleksi Terbaru, Ramah Lingkungan dan Futuristik
Hal ini tentunya cukup bertentangan dengan kampanye eco-friendly fashion. Sebab, tujuan dari kampanye ini sebenarnya lebih ke arah menggambarkan praktik fashion yang mengutamakan nilai-nilai lingkungan dan kemanusiaan yang berdampak baik bagi alam.
Jika dilihat, barang-barang eco-friendly fashion memang tidak ramah kantong. Dibanderol dengan harga tinggi, produk eco-friendly fashion pun mendapatkan berbagai kritik dan pertanyaan dari beberapa kalangan.
Alasan mengapa brand eco-friendly mematok harga yang cukup tinggi adalah mempertimbangkan segi lingkungan dan kemanusiaan yang harus dipertanggungjawabkan. Lalu, proses produksi barang membuat harga menjadi tinggi. Namun, hal tersebut juga dianggap cukup masuk akal.
Pastinya, setiap proses produksi memakan banyak biaya. Selain itu, brand eco-friendly juga harus mendapatkan label sertifikasi dengan harga yang tidak murah.
Baca juga: 4 Bank Sampah di Tangerang yang Wujudkan Misi Kelola Sampah
Jadi, perusahaan juga membutuhkan ekolabel. Biasanya, satu perusahaan membutuhkan lebih dari dua sertifikasi. Sertifikasi menjadi jaminan terkait pemenuhan syarat dengan standar yang sesuai.
Penilaian sertifikasi menunjukkan kompeten dan ketidakberpihakan, sehingga memenuhi persyaratan. Harga yang ditawarkan mulai dari 8 dolar AS per bulan atau sekitar Rp112.000.
Selanjutnya, perusahaan penghasil produk eco-friendly yang menghabiskan modal lebih besar harus bersaing dengan produk komersil yang menawarkan harga murah.
Mengutip dari Underseabikini, produk ramah lingkungan umumnya memiliki kualitas yang lebih baik dengan ketahanan yang lebih lama. Kemudian, tersedia dalam jumlah terbatas yang mempengaruhi harga pasar.
Jika dibandingkan dengan brand fast fashion di mal, harganya juga tidak berbeda jauh. Bahkan, produk sustainable fashion lebih unggul dari segi kualitas dan dampak positif yang diberikan untuk alam. (FDS)
Artikel ini sudah tayang di Merahputih.com dengan Judul "Ini Jawaban Mengapa Produk 'Eco-Friendly' Tidak Ramah di Kantung"
Baca juga: UNIQLO Hadirkan Jaket Polyester dari Bahan Daur Ulang Plastik
Soffi Amira P.
[email protected]
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Mengapa Produk 'Eco-Friendly' Tidak Ramah Kantong? Ini Alasannya
22 February 2023 17:24 WIBFashion Lingkungan Features
Saat ini, kampanye eco-friendly fashion masih sering dilakukan oleh berbagai kalangan termasuk anak muda. Kampanye ini didasari oleh adanya pola hidup yang dianggap konsumerisme dan hedonisme yang ditimbulkan dari fast fashion.
Diketahui, fast fashion merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan desain pakaian yang diproduksi cepat ke toko agar memanfaatkan tren.
Baca juga: Adidas + YEEZY Rilis Koleksi Terbaru, Ramah Lingkungan dan Futuristik
Hal ini tentunya cukup bertentangan dengan kampanye eco-friendly fashion. Sebab, tujuan dari kampanye ini sebenarnya lebih ke arah menggambarkan praktik fashion yang mengutamakan nilai-nilai lingkungan dan kemanusiaan yang berdampak baik bagi alam.
Jika dilihat, barang-barang eco-friendly fashion memang tidak ramah kantong. Dibanderol dengan harga tinggi, produk eco-friendly fashion pun mendapatkan berbagai kritik dan pertanyaan dari beberapa kalangan.
Alasan mengapa brand eco-friendly mematok harga yang cukup tinggi adalah mempertimbangkan segi lingkungan dan kemanusiaan yang harus dipertanggungjawabkan. Lalu, proses produksi barang membuat harga menjadi tinggi. Namun, hal tersebut juga dianggap cukup masuk akal.
Pastinya, setiap proses produksi memakan banyak biaya. Selain itu, brand eco-friendly juga harus mendapatkan label sertifikasi dengan harga yang tidak murah.
Baca juga: 4 Bank Sampah di Tangerang yang Wujudkan Misi Kelola Sampah
Jadi, perusahaan juga membutuhkan ekolabel. Biasanya, satu perusahaan membutuhkan lebih dari dua sertifikasi. Sertifikasi menjadi jaminan terkait pemenuhan syarat dengan standar yang sesuai.
Penilaian sertifikasi menunjukkan kompeten dan ketidakberpihakan, sehingga memenuhi persyaratan. Harga yang ditawarkan mulai dari 8 dolar AS per bulan atau sekitar Rp112.000.
Selanjutnya, perusahaan penghasil produk eco-friendly yang menghabiskan modal lebih besar harus bersaing dengan produk komersil yang menawarkan harga murah.
Mengutip dari Underseabikini, produk ramah lingkungan umumnya memiliki kualitas yang lebih baik dengan ketahanan yang lebih lama. Kemudian, tersedia dalam jumlah terbatas yang mempengaruhi harga pasar.
Jika dibandingkan dengan brand fast fashion di mal, harganya juga tidak berbeda jauh. Bahkan, produk sustainable fashion lebih unggul dari segi kualitas dan dampak positif yang diberikan untuk alam. (FDS)
Artikel ini sudah tayang di Merahputih.com dengan Judul "Ini Jawaban Mengapa Produk 'Eco-Friendly' Tidak Ramah di Kantung"
Baca juga: UNIQLO Hadirkan Jaket Polyester dari Bahan Daur Ulang Plastik