SHARE
Home > News > Entertainment > Mengatasi Burnout dengan Menyusun Skala Prioritas
Mengatasi Burnout dengan Menyusun Skala Prioritas

Mengatasi Burnout dengan Menyusun Skala Prioritas

28 January 2023 14:03 WIB Tips Kesehatan lifestyle

Setiap harinya, pasti ada saja tantangan dan kesulitan yang kita hadapi. Entah itu pekerjaan di kantor, skripsi yang belum selesai, ujian di sekolah, hingga pasangan yang kerap ngambekan terus menerus. Akibatnya, kita jadi burnout dan bingung ingin memprioritaskan yang mana.

Clinical Pscyhologist di Ibunda.id, Anggi Mayangsari, M.Psi, mengatakan, burnout adalah sindrom psikologis yang muncul sebagai respons berkepanjangan terhadap stresor emosional dan interpersonal.

Baca juga: Ada 5 Jenis Tes untuk Mengukur Kesehatan Mental

Webinar 'Burnout Do Everything but not Everything' yang digelar Merahputih.com
Webinar 'Burnout Do Everything but not Everything' yang digelar Merahputih.com. (Foto: Tangkapan Layar)

Menurutnya, ciri-ciri burnout adalah kelelahan yang berlebihan, sering menghindari pekerjaan, bekerja kurang efektif dan efisien, serta kurangnya dorongan untuk mencapai target optimal.

"Skala prioritas benar-benar membantu kita untuk menjalankan kegiatan sehari-hari dengan lebih tenang, hemat waktu, dan teratur. Kita juga perlu memiliki tujuan agar prioritas semakin mendekatkan diri untuk mencapai tujuan tersebut," kata Anggi, dalam webinar Burnout: Do Everything, but not Anything yang digelar Merahputih.com, Sabtu (28/1).

Digital Creator sekaligus Mental Health Advocate, Devina Otaria, menjelaskan bahwa burnout terjadi ketika seseorang lama kelamaan bosan melakukan sesuatu yang disukai. Mereka kerap jenuh karena tidak ada motivasi dan tidak ada perubahan dalam kegiatan tersebut.

"Aku juga pernah burnout, contoh misalnya lagi UTS tapi ada pekerjaan juga. Jadi aku harus pintar membagi waktu," kata Devina.

Baca juga: Ternyata, Makanan Ini Bisa Mempengaruhi Mood Seseorang!

Skala prioritas membantu kegiatan sehari-hari
Skala prioritas membantu kegiatan sehari-hari. Foto: Unsplash/Nubelson Fernandes

"Pas aku cari tahu, aku sadar, sebenarnya yang membuat ini terjadi ketika aku multitasking, karena pada dasarnya manusia tidak bisa multitasking. Kita perlu memprioritaskan yang utama terlebih dahulu. Nah makanya ketika dua aspek dijadikan satu dan bersamaan, muncul burnout," lanjutnya.

Sebagai seorang mahasiswa, Devina tentu memprioritaskan pendidikannya terlebih dahulu ketimbang pekerjaan. Devina melanjutkan, usia 20-an awal, merupakan masa transisi yang sulit dan tidak mudah. Mengingat sebelumnya kita mungkin sering bergantung dengan orang tua, kini harus lebih mandiri dan belajar menjadi lebih dewasa.

"Kita harus merasakan hal yang berbeda dalam hidup, karena itu yang justru mengajarkan kita sesuatu, membentuk karakter, dan bikin kita lebih dewasa," kata Devina.

Devina menjabarkan, dalam membuat prioritas, tentukan terlebih dahulu mana yang lebih penting atau mendekati deadline.

Jangan lupa beristirahat saat burnout
Jangan lupa beristirahat saat burnout. Foto: Unsplash/Gregory Pappas

"Tapi kalau misalnya ada sesuatu yang bisa kita lakukan nanti, kita jabarin itu di bawah," pungkasnya.

Devina juga mengingatkan pentingnya istirahat ketika sedang burnout. Istirahat memberikan kita waktu untuk rehat sejenak dan menenangkan pikiran sebelum kembali melanjutkan aktivitas.

"Yang paling penting juga aku enggak menolak perasaan burnout. Karena kalau kita menolak, kita hanya menunda. Kalau sudah merasa tenang, baru buat skala prioritas," lanjutnya.

Tidak hanya membuat skala prioritas, Anggi juga memberikan tips bagaimana cara mengatasi burnout. Pertama, cobalah menerapkan hidup work life balance agar tidak semata-mata bekerja terus menerus.

"Lalu, kenali kondisi terlebih dahulu. Apa yang dirasakan saat ini? Apa yang dibutuhkan. Kalau sudah fokus pada hal yang bisa kita kendalikan daripada memikirkan dampak atau skenario buruk," kata Anggi.

Yang tidak kalah penting adalah menerapkan growth mindset, menanamkan pola pikir bahwa apapun yang terjadi ada pembelajaran yang bisa membuatmu lebih baik.

"Terakhir, mencari support system itu juga penting. Keluarga, teman, atau pacar, agar kita bisa merasakan aura positif dari lingkungan sekitar," tutupnya. (AND)

Artikel ini pertama kali tayang di Merahputih.com dengan judul "Atasi Burnout dengan Membuat Skala Prioritas"

Baca juga: Jangan Keliru, Healing dan Refreshing Berbeda Arti Secara Ilmiah

Soffi Amira P.
[email protected]

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > Entertainment > Mengatasi Burnout dengan Menyusun Skala Prioritas

Mengatasi Burnout dengan Menyusun Skala Prioritas

28 January 2023 14:03 WIB
Tips Kesehatan lifestyle

Setiap harinya, pasti ada saja tantangan dan kesulitan yang kita hadapi. Entah itu pekerjaan di kantor, skripsi yang belum selesai, ujian di sekolah, hingga pasangan yang kerap ngambekan terus menerus. Akibatnya, kita jadi burnout dan bingung ingin memprioritaskan yang mana.

Clinical Pscyhologist di Ibunda.id, Anggi Mayangsari, M.Psi, mengatakan, burnout adalah sindrom psikologis yang muncul sebagai respons berkepanjangan terhadap stresor emosional dan interpersonal.

Baca juga: Ada 5 Jenis Tes untuk Mengukur Kesehatan Mental

Webinar 'Burnout Do Everything but not Everything' yang digelar Merahputih.com
Webinar 'Burnout Do Everything but not Everything' yang digelar Merahputih.com. (Foto: Tangkapan Layar)

Menurutnya, ciri-ciri burnout adalah kelelahan yang berlebihan, sering menghindari pekerjaan, bekerja kurang efektif dan efisien, serta kurangnya dorongan untuk mencapai target optimal.

"Skala prioritas benar-benar membantu kita untuk menjalankan kegiatan sehari-hari dengan lebih tenang, hemat waktu, dan teratur. Kita juga perlu memiliki tujuan agar prioritas semakin mendekatkan diri untuk mencapai tujuan tersebut," kata Anggi, dalam webinar Burnout: Do Everything, but not Anything yang digelar Merahputih.com, Sabtu (28/1).

Digital Creator sekaligus Mental Health Advocate, Devina Otaria, menjelaskan bahwa burnout terjadi ketika seseorang lama kelamaan bosan melakukan sesuatu yang disukai. Mereka kerap jenuh karena tidak ada motivasi dan tidak ada perubahan dalam kegiatan tersebut.

"Aku juga pernah burnout, contoh misalnya lagi UTS tapi ada pekerjaan juga. Jadi aku harus pintar membagi waktu," kata Devina.

Baca juga: Ternyata, Makanan Ini Bisa Mempengaruhi Mood Seseorang!

Skala prioritas membantu kegiatan sehari-hari
Skala prioritas membantu kegiatan sehari-hari. Foto: Unsplash/Nubelson Fernandes

"Pas aku cari tahu, aku sadar, sebenarnya yang membuat ini terjadi ketika aku multitasking, karena pada dasarnya manusia tidak bisa multitasking. Kita perlu memprioritaskan yang utama terlebih dahulu. Nah makanya ketika dua aspek dijadikan satu dan bersamaan, muncul burnout," lanjutnya.

Sebagai seorang mahasiswa, Devina tentu memprioritaskan pendidikannya terlebih dahulu ketimbang pekerjaan. Devina melanjutkan, usia 20-an awal, merupakan masa transisi yang sulit dan tidak mudah. Mengingat sebelumnya kita mungkin sering bergantung dengan orang tua, kini harus lebih mandiri dan belajar menjadi lebih dewasa.

"Kita harus merasakan hal yang berbeda dalam hidup, karena itu yang justru mengajarkan kita sesuatu, membentuk karakter, dan bikin kita lebih dewasa," kata Devina.

Devina menjabarkan, dalam membuat prioritas, tentukan terlebih dahulu mana yang lebih penting atau mendekati deadline.

Jangan lupa beristirahat saat burnout
Jangan lupa beristirahat saat burnout. Foto: Unsplash/Gregory Pappas

"Tapi kalau misalnya ada sesuatu yang bisa kita lakukan nanti, kita jabarin itu di bawah," pungkasnya.

Devina juga mengingatkan pentingnya istirahat ketika sedang burnout. Istirahat memberikan kita waktu untuk rehat sejenak dan menenangkan pikiran sebelum kembali melanjutkan aktivitas.

"Yang paling penting juga aku enggak menolak perasaan burnout. Karena kalau kita menolak, kita hanya menunda. Kalau sudah merasa tenang, baru buat skala prioritas," lanjutnya.

Tidak hanya membuat skala prioritas, Anggi juga memberikan tips bagaimana cara mengatasi burnout. Pertama, cobalah menerapkan hidup work life balance agar tidak semata-mata bekerja terus menerus.

"Lalu, kenali kondisi terlebih dahulu. Apa yang dirasakan saat ini? Apa yang dibutuhkan. Kalau sudah fokus pada hal yang bisa kita kendalikan daripada memikirkan dampak atau skenario buruk," kata Anggi.

Yang tidak kalah penting adalah menerapkan growth mindset, menanamkan pola pikir bahwa apapun yang terjadi ada pembelajaran yang bisa membuatmu lebih baik.

"Terakhir, mencari support system itu juga penting. Keluarga, teman, atau pacar, agar kita bisa merasakan aura positif dari lingkungan sekitar," tutupnya. (AND)

Artikel ini pertama kali tayang di Merahputih.com dengan judul "Atasi Burnout dengan Membuat Skala Prioritas"

Baca juga: Jangan Keliru, Healing dan Refreshing Berbeda Arti Secara Ilmiah

Soffi Amira P.
[email protected]
Baru Dibuka

Glory Petshop - Alam Sutera

, Tangerang, Banten, 15143

Buka pukul 09:30 - 21:00 Tutup

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!