Penggunaan Obat Leqembi Bisa Mengobati Penyakit Alzheimer
09 July 2023 12:30 WIB Kesehatan AlzheimerFDA AS telah memberikan izin penuh untuk penggunaan Leqembi, obat pertama yang terbukti memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer yang merampas ingatan. Menurut Teresa Buracchio, pejabat dari FDA, tindakan ini menjadi verifikasi pertama bahwa obat yang ditujukan untuk penyakit Alzheimer telah menunjukkan manfaat klinis.
Studi konfirmasi menegaskan bahwa Leqembi adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk pasien dengan penyakit Alzheimer. Obat ini diproduksi oleh perusahaan farmasi Eisai dan Biogen. Persetujuan percepatan edarnya didasarkan pada bukti bahwa obat ini membersihkan penumpukan plak amiloid di otak yang terkait dengan penyakit Alzheimer.
Namun, karena penundaan keputusan pertanggungan sebelumnya oleh Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) AS, yang memberikan pertanggungan asuransi bagi banyak orang lanjut usia dengan Alzheimer melalui Medicare, penggunaan obat ini masih terbatas.
Sebelum mendapatkan pertanggungan asuransi, harganya mencapai 26.500 USD (sekitar Rp 400 juta) per tahun. Namun, dengan izin penuh dari FDA, CMS mengumumkan akan memberikan tanggungan untuk obat Leqembi ini. Keputusan ini berpotensi memperluas akses obat tersebut kepada sekitar satu juta orang dengan bentuk awal penyakit Alzheimer.
Obat ini hanya disetujui untuk orang dengan tahap awal penyakit Alzheimer, yaitu orang dengan gangguan kognitif ringan atau demensia ringan yang telah teridentifikasi memiliki penumpukan plak amiloid di otak mereka.
Menurut perkiraan Lawrence Honig, seorang profesor neurologi dari Columbia University Irving Medical Center, kelompok ini merupakan seperenam dari lebih dari enam juta orang AS yang saat ini didiagnosis menderita Alzheimer.
Orang dengan tahap penyakit yang lebih lanjut mungkin tidak akan mendapatkan manfaat dari obat ini dan mungkin menghadapi risiko keamanan yang lebih tinggi.
"Bukannya berarti itu tidak baik untuk orang dengan penyakit sedang atau parah; hanya saja kami belum tahu," kata Honig, yang telah berkonsultasi dengan perusahaan obat Alzheimer.
Honig meyakini, obat tersebut memperlambat penurunan kemampuan dan fungsi kognitif sebesar 27 persen karena alzheimer. Namun, bukan berarti obat itu jawaban dari penyakit Alzheimer.
Baca Juga: 1,5 Juta Vaksin Pentavalen Buatan Indonesia untuk Lindungi Anak-Anak Nigeria
"Obat yang kami miliki saat ini hanyalah awal dari era baru. Kami berharap bahwa kami akan memiliki pengobatan yang lebih manjur," kata Honig.
Pihak Alzheimer’s Association mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik perizinan penuh FDA.
“Perawatan ini, meskipun bukan pengobatan, dapat memberi lebih banyak waktu bagi penderita Alzheimer tahap awal untuk mempertahankan kemandirian mereka dan melakukan hal-hal yang mereka sukai,” kata presiden dan CEO Alzheimer’s Association, Dr. Joanne Pike.
Ini memberi orang lebih banyak bulan untuk mengenali pasangan, anak, dan cucu mereka. Ini juga berarti lebih banyak waktu bagi seseorang untuk mengemudi dengan aman, akurat, dan segera mengurus keuangan keluarga, dan berpartisipasi penuh dalam hobi dan minat.
Baca Juga: Pentingnya Nutrisi Pilihan untuk Mempertahankan Daya Ingat
Namun, obat tersebut juga memiliki efek samping dan memerlukan pemantauan melalui pencitraan otak secara teratur.
Sekira 13 persen peserta dalam uji coba mengalami pembengkakan atau pendarahan otak. Risiko tersebut bisa lebih tinggi untuk kelompok tertentu berdasarkan genetika atau jika mereka mengonsumsi obat pengencer darah.
FDA mengatakan peringatan pada kotak disertakan dalam informasi resep untuk mengingatkan pasien dan pengasuh terhadap potensi risiko yang terkait dengan efek samping ini.
Obat ini diberikan sebagai infus IV setiap dua minggu sekali. Pusat infus telah mempersiapkan potensi lonjakan pasien baru. (aru)
Pradia Eggi
[email protected]
Related Article
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Penggunaan Obat Leqembi Bisa Mengobati Penyakit Alzheimer
09 July 2023 12:30 WIBKesehatan Alzheimer
FDA AS telah memberikan izin penuh untuk penggunaan Leqembi, obat pertama yang terbukti memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer yang merampas ingatan. Menurut Teresa Buracchio, pejabat dari FDA, tindakan ini menjadi verifikasi pertama bahwa obat yang ditujukan untuk penyakit Alzheimer telah menunjukkan manfaat klinis.
Studi konfirmasi menegaskan bahwa Leqembi adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk pasien dengan penyakit Alzheimer. Obat ini diproduksi oleh perusahaan farmasi Eisai dan Biogen. Persetujuan percepatan edarnya didasarkan pada bukti bahwa obat ini membersihkan penumpukan plak amiloid di otak yang terkait dengan penyakit Alzheimer.
Namun, karena penundaan keputusan pertanggungan sebelumnya oleh Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) AS, yang memberikan pertanggungan asuransi bagi banyak orang lanjut usia dengan Alzheimer melalui Medicare, penggunaan obat ini masih terbatas.
Sebelum mendapatkan pertanggungan asuransi, harganya mencapai 26.500 USD (sekitar Rp 400 juta) per tahun. Namun, dengan izin penuh dari FDA, CMS mengumumkan akan memberikan tanggungan untuk obat Leqembi ini. Keputusan ini berpotensi memperluas akses obat tersebut kepada sekitar satu juta orang dengan bentuk awal penyakit Alzheimer.
Obat ini hanya disetujui untuk orang dengan tahap awal penyakit Alzheimer, yaitu orang dengan gangguan kognitif ringan atau demensia ringan yang telah teridentifikasi memiliki penumpukan plak amiloid di otak mereka.
Menurut perkiraan Lawrence Honig, seorang profesor neurologi dari Columbia University Irving Medical Center, kelompok ini merupakan seperenam dari lebih dari enam juta orang AS yang saat ini didiagnosis menderita Alzheimer.
Orang dengan tahap penyakit yang lebih lanjut mungkin tidak akan mendapatkan manfaat dari obat ini dan mungkin menghadapi risiko keamanan yang lebih tinggi.
"Bukannya berarti itu tidak baik untuk orang dengan penyakit sedang atau parah; hanya saja kami belum tahu," kata Honig, yang telah berkonsultasi dengan perusahaan obat Alzheimer.
Honig meyakini, obat tersebut memperlambat penurunan kemampuan dan fungsi kognitif sebesar 27 persen karena alzheimer. Namun, bukan berarti obat itu jawaban dari penyakit Alzheimer.
Baca Juga: 1,5 Juta Vaksin Pentavalen Buatan Indonesia untuk Lindungi Anak-Anak Nigeria
"Obat yang kami miliki saat ini hanyalah awal dari era baru. Kami berharap bahwa kami akan memiliki pengobatan yang lebih manjur," kata Honig.
Pihak Alzheimer’s Association mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik perizinan penuh FDA.
“Perawatan ini, meskipun bukan pengobatan, dapat memberi lebih banyak waktu bagi penderita Alzheimer tahap awal untuk mempertahankan kemandirian mereka dan melakukan hal-hal yang mereka sukai,” kata presiden dan CEO Alzheimer’s Association, Dr. Joanne Pike.
Ini memberi orang lebih banyak bulan untuk mengenali pasangan, anak, dan cucu mereka. Ini juga berarti lebih banyak waktu bagi seseorang untuk mengemudi dengan aman, akurat, dan segera mengurus keuangan keluarga, dan berpartisipasi penuh dalam hobi dan minat.
Baca Juga: Pentingnya Nutrisi Pilihan untuk Mempertahankan Daya Ingat
Namun, obat tersebut juga memiliki efek samping dan memerlukan pemantauan melalui pencitraan otak secara teratur.
Sekira 13 persen peserta dalam uji coba mengalami pembengkakan atau pendarahan otak. Risiko tersebut bisa lebih tinggi untuk kelompok tertentu berdasarkan genetika atau jika mereka mengonsumsi obat pengencer darah.
FDA mengatakan peringatan pada kotak disertakan dalam informasi resep untuk mengingatkan pasien dan pengasuh terhadap potensi risiko yang terkait dengan efek samping ini.
Obat ini diberikan sebagai infus IV setiap dua minggu sekali. Pusat infus telah mempersiapkan potensi lonjakan pasien baru. (aru)