Sejarah Serpong: Tempat Jin Buang Anak yang Jadi Kawasan Elit
19 July 2021 09:32 WIB Tempat Angker Features Properti SerpongSudah menjadi rahasia umum, bahwa BSD, Gading Serpong, dan Alam Sutera kini sudah menjelma menjadi kawasan elit. Tiga kawasan di Serpong ini menawarkan berbagai fasilitas pendukung yang sangat lengkap. Namun, bagaimana awal mula sejarah Serpong?
Wilayah Serpong dulunya dikenal sebagai hutan karet, kemudian kini berubah menjadi kota mandiri. Pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut terbilang cukup pesat.
Baca juga: Berbau Mistis, Ini 10 Tempat Angker di Tangerang!
Apalagi, kini banyak bangunan megah seperti mal dan tempat wisata yang sering dikunjungi. Kemudian, ada pula rumah mewah yang harganya mencapai miliaran rupiah. Siapa sangka, dulunya tidak ada orang yang ingin tinggal di kawasan ini karena seram.
Hamparan Hutan Karet yang Tidak Produktif
Dikutip dari berbagai sumber, lahan seluas 6.000 hektar ini sebelumnya merupakan hamparan hutan karet yang tidak lagi produktif.
Pada 1988, kawasan menuju hutan karet ini hanyalah tanah tanpa aspal. Saat hujan lebat mengguyur, jalan akan dipenuhi dengan kubangan tanah yang menghiasai perjalanan. Sedangkan saat musim kemarau datang, jalan akan dipenuhi dengan debu-debu tanah kering yang beterbangan.
Sekitar 1988-1990, kawasan hutan karet tersebut hanya dihuni oleh dua markas tentara yang masih berdiri di kawasan Serpong hingga saat ini, yaitu Batalyon Kavaleri 9-Satya Dharma Kala (Yonkav 9-Cobra) dan Batalyon Artileri Pertahanan Udara 1-Purwa Bajra Cakti (Yon Arhanud 1-Rajawali).
Kawasan Serpong Enggan Dilintasi Orang
Hamparan hutan karet tanpa penerangan menjadikan kawasan Serpong pada masanya sebagai tempat yang seram dan angker. Kawasan ini sering disebut dengan julukan "Tempat Jin Buang Anak". Hal itu membuat banyak orang enggan untuk melintasinya.
Ditambah lagi, adanya kisah legenda "Mat Item", yaitu seorang jawara atau penjahat yang terkenal di Tangerang menambah kesan mistis bagi masyarakat.
Baca juga: Menilik Jejak 5 Legenda Si Hitam Kental yang Memaniskan Masakan Nusantara
Konon katanya, ia dikenal dengan kesaktiannya yang digunakan untuk hal yang tidak baik, sehingga ditakuti banyak orang pada saat itu. Meski begitu, tidak diketahui lebih lanjut mengenai sosok tersebut hingga saat ini.
Sempat Terhambat Krisis Ekonomi
Ciputra menjadi pemegang izin pengembangan kawasan BSD pada 1989. Hal itu membuat kawasan BSD mulai berkembang secara perlahan. Julukan BSD sebagai kota mandiri sebenarnya sudah ada sejak awal dibangunnya wilayah ini.
Sangat disayangkan, krisis ekonomi yang terjadi pada 1997 mengakibatkan bisnis properti kian terhambat. Maka dari itu, bisnis properti mengalami kondisi yang tidak stabil selama kurang lebih lima tahun. Pada 2003-2004, bisnis properti kembali bangkit. Pada tahun tersebut, kepemilikan BSD beralih ke grup perusahaan Sinarmas.
Sementara itu, wilayah Gading Serpong diambil alih oleh Summarecon dan Paramount. Hanya Alam Sutera yang tetap berada di bawah grup Ciputra. Semakin berkembang pesat, kini Serpong menjadi wilayah yang dikenal sebagai surga properti bagi para pebisnis. Selain itu, Serpong juga dianggap sebagai kawasan elit yang memiliki fasilitas lengkap. (PAB)
Baca juga: Awalnya Hutan Karet, Serpong Kini Jadi Tambang Emas Properti!
Soffi Amira P.
[email protected]
Related Article
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Sejarah Serpong: Tempat Jin Buang Anak yang Jadi Kawasan Elit
19 July 2021 09:32 WIBTempat Angker Features Properti Serpong
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa BSD, Gading Serpong, dan Alam Sutera kini sudah menjelma menjadi kawasan elit. Tiga kawasan di Serpong ini menawarkan berbagai fasilitas pendukung yang sangat lengkap. Namun, bagaimana awal mula sejarah Serpong?
Wilayah Serpong dulunya dikenal sebagai hutan karet, kemudian kini berubah menjadi kota mandiri. Pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut terbilang cukup pesat.
Baca juga: Berbau Mistis, Ini 10 Tempat Angker di Tangerang!
Apalagi, kini banyak bangunan megah seperti mal dan tempat wisata yang sering dikunjungi. Kemudian, ada pula rumah mewah yang harganya mencapai miliaran rupiah. Siapa sangka, dulunya tidak ada orang yang ingin tinggal di kawasan ini karena seram.
Hamparan Hutan Karet yang Tidak Produktif
Dikutip dari berbagai sumber, lahan seluas 6.000 hektar ini sebelumnya merupakan hamparan hutan karet yang tidak lagi produktif.
Pada 1988, kawasan menuju hutan karet ini hanyalah tanah tanpa aspal. Saat hujan lebat mengguyur, jalan akan dipenuhi dengan kubangan tanah yang menghiasai perjalanan. Sedangkan saat musim kemarau datang, jalan akan dipenuhi dengan debu-debu tanah kering yang beterbangan.
Sekitar 1988-1990, kawasan hutan karet tersebut hanya dihuni oleh dua markas tentara yang masih berdiri di kawasan Serpong hingga saat ini, yaitu Batalyon Kavaleri 9-Satya Dharma Kala (Yonkav 9-Cobra) dan Batalyon Artileri Pertahanan Udara 1-Purwa Bajra Cakti (Yon Arhanud 1-Rajawali).
Kawasan Serpong Enggan Dilintasi Orang
Hamparan hutan karet tanpa penerangan menjadikan kawasan Serpong pada masanya sebagai tempat yang seram dan angker. Kawasan ini sering disebut dengan julukan "Tempat Jin Buang Anak". Hal itu membuat banyak orang enggan untuk melintasinya.
Ditambah lagi, adanya kisah legenda "Mat Item", yaitu seorang jawara atau penjahat yang terkenal di Tangerang menambah kesan mistis bagi masyarakat.
Baca juga: Menilik Jejak 5 Legenda Si Hitam Kental yang Memaniskan Masakan Nusantara
Konon katanya, ia dikenal dengan kesaktiannya yang digunakan untuk hal yang tidak baik, sehingga ditakuti banyak orang pada saat itu. Meski begitu, tidak diketahui lebih lanjut mengenai sosok tersebut hingga saat ini.
Sempat Terhambat Krisis Ekonomi
Ciputra menjadi pemegang izin pengembangan kawasan BSD pada 1989. Hal itu membuat kawasan BSD mulai berkembang secara perlahan. Julukan BSD sebagai kota mandiri sebenarnya sudah ada sejak awal dibangunnya wilayah ini.
Sangat disayangkan, krisis ekonomi yang terjadi pada 1997 mengakibatkan bisnis properti kian terhambat. Maka dari itu, bisnis properti mengalami kondisi yang tidak stabil selama kurang lebih lima tahun. Pada 2003-2004, bisnis properti kembali bangkit. Pada tahun tersebut, kepemilikan BSD beralih ke grup perusahaan Sinarmas.
Sementara itu, wilayah Gading Serpong diambil alih oleh Summarecon dan Paramount. Hanya Alam Sutera yang tetap berada di bawah grup Ciputra. Semakin berkembang pesat, kini Serpong menjadi wilayah yang dikenal sebagai surga properti bagi para pebisnis. Selain itu, Serpong juga dianggap sebagai kawasan elit yang memiliki fasilitas lengkap. (PAB)
Baca juga: Awalnya Hutan Karet, Serpong Kini Jadi Tambang Emas Properti!