Suku Baduy Memilih Hidup Tanpa Internet Demi Mempertahankan Tatanan Budayanya
09 June 2023 14:10 WIB BaduyPara tetua adat Baduy meminta penghapusan sinyal internet di wilayah mereka, terutama di wilayah Baduy dalam. Permintaan ini bukan karena mereka menentang kemajuan zaman, melainkan untuk meminimalkan dampak negatif konten yang bertentangan dengan adat istiadat suku Baduy. Permintaan ini disampaikan oleh warga Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten melalui surat kepada Bupati Lebak.
Melansir Kompas, Kepala Desa Kanekes, Saija, menyatakan bahwa saat ini banyak warga, terutama Baduy Luar, yang memiliki smartphone. Keberadaan smartphone ini membawa dampak positif dan negatif bagi warga Baduy. Menurut Saija, dampak negatifnya adalah merosotnya moral generasi mereka yang telah mengakses berbagai aplikasi dan konten yang tidak mendidik dan bertentangan dengan adat.
"Dirasa mengakibatkan merosotnya moral generasi kami yang telah bisa mengakses berbagai aplikasi dan konten tidak mendidik bertentangan dengan adat," kata Saija seperti yang tertulis dalam surat permohonan penghapusan sinyal internet yang dikutip dari Kompas, Kamis (8/7/2023).
Baca Juga: Perjalanan Kehidupan dan Sejarah Munculnya Suku Baduy di Banten
Saija menjelaskan bahwa usulan penghapusan sinyal internet di wilayah tanah ulayat berasal dari Lembaga Adat Baduy yang anggotanya terdiri dari tetua adat. Lembaga Adat Baduy tidak bermaksud melawan kemajuan zaman, tetapi harus memilih dan menyaring produk kemajuan tersebut agar tidak merusak dan merugikan tatanan hukum budaya mereka.
Lainnya, usulan penghapusan sinyal internet ini juga merupakan upaya untuk mengurangi pengaruh negatif dan penggunaan perangkat elektronik di wilayah Baduy. Dalam surat tersebut, permintaan penghapusan sinyal internet diusulkan dengan cara mengalihkan tower pemancar sinyal agar tidak memancarkan ke wilayah Baduy.
Lembaga Adat Baduy juga meminta untuk membatasi, mengurangi, atau menutup aplikasi, program, dan konten negatif pada jaringan internet yang dapat mempengaruhi moral dan akhlak generasi bangsa. Saija mengatakan bahwa arahan dari Lembaga Adat Baduy adalah ada dua pemancar, satu di Cijahe dan kedua di Sobang, agar sinyalnya diarahkan ke luar wilayah Baduy.
Pradia Eggi
[email protected]
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Suku Baduy Memilih Hidup Tanpa Internet Demi Mempertahankan Tatanan Budayanya
09 June 2023 14:10 WIBBaduy
Para tetua adat Baduy meminta penghapusan sinyal internet di wilayah mereka, terutama di wilayah Baduy dalam. Permintaan ini bukan karena mereka menentang kemajuan zaman, melainkan untuk meminimalkan dampak negatif konten yang bertentangan dengan adat istiadat suku Baduy. Permintaan ini disampaikan oleh warga Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten melalui surat kepada Bupati Lebak.
Melansir Kompas, Kepala Desa Kanekes, Saija, menyatakan bahwa saat ini banyak warga, terutama Baduy Luar, yang memiliki smartphone. Keberadaan smartphone ini membawa dampak positif dan negatif bagi warga Baduy. Menurut Saija, dampak negatifnya adalah merosotnya moral generasi mereka yang telah mengakses berbagai aplikasi dan konten yang tidak mendidik dan bertentangan dengan adat.
"Dirasa mengakibatkan merosotnya moral generasi kami yang telah bisa mengakses berbagai aplikasi dan konten tidak mendidik bertentangan dengan adat," kata Saija seperti yang tertulis dalam surat permohonan penghapusan sinyal internet yang dikutip dari Kompas, Kamis (8/7/2023).
Baca Juga: Perjalanan Kehidupan dan Sejarah Munculnya Suku Baduy di Banten
Saija menjelaskan bahwa usulan penghapusan sinyal internet di wilayah tanah ulayat berasal dari Lembaga Adat Baduy yang anggotanya terdiri dari tetua adat. Lembaga Adat Baduy tidak bermaksud melawan kemajuan zaman, tetapi harus memilih dan menyaring produk kemajuan tersebut agar tidak merusak dan merugikan tatanan hukum budaya mereka.
Lainnya, usulan penghapusan sinyal internet ini juga merupakan upaya untuk mengurangi pengaruh negatif dan penggunaan perangkat elektronik di wilayah Baduy. Dalam surat tersebut, permintaan penghapusan sinyal internet diusulkan dengan cara mengalihkan tower pemancar sinyal agar tidak memancarkan ke wilayah Baduy.
Lembaga Adat Baduy juga meminta untuk membatasi, mengurangi, atau menutup aplikasi, program, dan konten negatif pada jaringan internet yang dapat mempengaruhi moral dan akhlak generasi bangsa. Saija mengatakan bahwa arahan dari Lembaga Adat Baduy adalah ada dua pemancar, satu di Cijahe dan kedua di Sobang, agar sinyalnya diarahkan ke luar wilayah Baduy.