Waspadai Gempa Megathrust Selat Sunda Magnitudo 8,7 Ini Penjelasan BMKG!
16 January 2022 14:00 WIB News MerahputihKoordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 32 kali aktivitas gempa susulan (aftershock). Dengan magnitudo terbesar 5,7 dan magnitudo terkecil adalah 2,5 yang terjadi hingga Sabtu, 15 Januari 2022 pukul 12.00 WIB.
Dirinya menjelaskan Gempa yang sempat terjadi di Ujung Kulon beberapa waktu lalu bukanlah ancaman sesungguhnya. Sebab, Segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa mencapai 8,7 magnitudo.
"Dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya, kapan saja dapat terjadi," ujar Daryono dalam keterangannya, Sabtu (15/1) dilansir dari Merdeka.com.
Pasalnya, Selat Sunda merupakan salah satu zona seismic gap di Indonesia yang belum pernah terjadi gempa besar selama ratusan tahun sehingga patut untuk diwaspadai. Sebab Selat Sunda berada di antara 2 Lokasi yaitu, Pangandaran magnitudo 7,7 (2006) dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 (2007) yang merusak hinggga memicu tsunami.
Selat Sunda memang sering menjadi titik tsunami. Tsunami Selat Sunda terjadi pada tahun 1722, 1852, dan 1958 yang diakibatkan oleh gempa. Tsunami tahun 416, 1883, 1928, 2018 berhubungan dengan erupsi Gunung Krakatau. Lalu, tsunami tahun 1851, 1883, dan 1889 dipicu oleh aktivitas longsor.
Gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat diprediksi bahkan dihentikan. Namun, sejumlah upaya mitigasi konkret dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat resiko yang ditimbulkan di dalam ketidak pastian.
"Seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi, seperti perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami, menyiapkan jalur evakuasi, memasang rambu evakusi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri di samping itu BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat," tutup Daryono. (PAB)
Sumber : Merdeka.com
Pradia Eggi
[email protected]
Related Article
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Waspadai Gempa Megathrust Selat Sunda Magnitudo 8,7 Ini Penjelasan BMKG!
16 January 2022 14:00 WIBNews Merahputih
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 32 kali aktivitas gempa susulan (aftershock). Dengan magnitudo terbesar 5,7 dan magnitudo terkecil adalah 2,5 yang terjadi hingga Sabtu, 15 Januari 2022 pukul 12.00 WIB.
Dirinya menjelaskan Gempa yang sempat terjadi di Ujung Kulon beberapa waktu lalu bukanlah ancaman sesungguhnya. Sebab, Segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa mencapai 8,7 magnitudo.
"Dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya, kapan saja dapat terjadi," ujar Daryono dalam keterangannya, Sabtu (15/1) dilansir dari Merdeka.com.
Pasalnya, Selat Sunda merupakan salah satu zona seismic gap di Indonesia yang belum pernah terjadi gempa besar selama ratusan tahun sehingga patut untuk diwaspadai. Sebab Selat Sunda berada di antara 2 Lokasi yaitu, Pangandaran magnitudo 7,7 (2006) dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 (2007) yang merusak hinggga memicu tsunami.
Selat Sunda memang sering menjadi titik tsunami. Tsunami Selat Sunda terjadi pada tahun 1722, 1852, dan 1958 yang diakibatkan oleh gempa. Tsunami tahun 416, 1883, 1928, 2018 berhubungan dengan erupsi Gunung Krakatau. Lalu, tsunami tahun 1851, 1883, dan 1889 dipicu oleh aktivitas longsor.
Gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat diprediksi bahkan dihentikan. Namun, sejumlah upaya mitigasi konkret dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat resiko yang ditimbulkan di dalam ketidak pastian.
"Seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi, seperti perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami, menyiapkan jalur evakuasi, memasang rambu evakusi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri di samping itu BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat," tutup Daryono. (PAB)
Sumber : Merdeka.com