Pertama di Asia, 36 Petani Kopi Tanah Air Berkompetisi di Cup of Excellence
23 December 2021 11:51 WIB Merahputih JTTS NewsSebanyak 36 petani kopi dari tujuh provinsi di Indonesia saat ini tengah menanti penilaian akhir dari juri dalam kompetisi kopi specialty paling prestisius di dunia, yaitu Cup of Excellence (COE) Indonesia. Kompetisi tersebut telah dipersiapkan sejak triwulan pertama 2021 dan kini tengah memasuki tahap penjurian akhir di tingkat internasional.
Ada pun ke-36 petani tersebut berasal dari Daerah Istimewa Aceh (9 petani), Jambi (2), Sumatera Selatan (1), Jawa Barat (12), Jawa Tengah (1), Jawa Timur (3), Sulawesi Selatan (1), dan Nusa Tenggara Timur (1).
Baca juga: Monday Coffee, Punya Beragam Menu Kopi Terbaik di Alam Sutera
Kopi yang dipertandingkan tersebut menggunakan empat proses, yaitu natural (18 sampel kopi), washed (12), honey (4), dan giling basah atau wet hulled (2).
"Proses giling basah ini sangat khas di Indonesia karena dalam COE produsen kopi lain tidak mengenal proses itu," ujar Ketua Pelaksana COE Indonesia 2021, Andi Widjaja dalam keterangan resminya, Rabu (22/12).
COE Indonesia 2021 merupakan kompetisi kopi paling bergengsi untuk mencari kopi berkualitas dari satu negara penghasil kopi dalam satu musim panen tertentu. Standar penilaian yang dianut COE merupakan yang tertinggi dalam industri kopi specialty.
Melalui sistem yang diawasi auditor profesional, nantinya setiap kopi yang terdaftar akan dinilai untuk melihat apakah memenuhi skor minimal 87 agar memasuki tahap penjurian internasional. Pemegang lisensi dan opoerasional COE adalah Alliance for Coffee Excellence, Inc. (ACE), yaitu organisasi nirlaba yang bermarkas di Portland, Amerika Serikat.
Ajang CEO Indonesia 2021 Jadi yang Pertama di Asia
Penyelenggaraan COE Indonesia 2021 ini merupakan yang pertama di Asia, sehingga menjadi sebuah kebanggaan bagi industri kopi Tanah Air. Lalu, kompetisi COE yang pertama di dunia telah dilaksanakan sejak 1999 untuk kopi asal Brazil.
Panitia COE Indonesia 2021 telah menerima setidaknya 158 sampel kopi, tetapi sebanyak 12 sampel tak berhasil lanjut ke tahap Pra Seleksi. Dalam kompetisi ini, peserta harus mengirim 2 kg sampel untuk tahap pra seleksi dan satu lot kopi jika lolos dari tahap tersebut.
Minimum dari setiap lot kopi adalah 250 kg hingga 1.210 kg. Apabila sampelnya lolos hingga tahap akhir, maka jumlah lot tersebut nantinya bakal dilelang dan hasilnya akan menjadi milik petani.
Setelah tahap Pra Seleksi COE Indonesia 2021, telah diperoleh 79 sampel kopi yang lolos dan berhak melaju ke tahap nasional. Dalam tahap tersebut, sampel kopi terbanyak berasal dari Provinsi Jawa Barat, kemudian diikuti Sulawesi Selatan (15), Aceh (12), dan provinsi lainnya sebanyak 1-6 sampel.
Baca juga: Ikuti Reels Competition AEON Mall BSD City dan Menangkan Merchandise BT21!
Tahap Nasional bertujuan untuk menyaring kopi peserta yang bakal lolos ke tahap penjurian internasional. Sementara itu, tahap terakhir dalam kompetisi ini adalah lelang daring yang diikuti seluruh peserta lelang yang didominasi pembeli asing. Mereka pun harus mendaftarkan diri terlebih dahulu ke ACE, sehingga calon pembeli sudah terseleksi.
Setelah tahap terakhir ini, maka akan dibuka identitas petani dan kopinya dengan harapan akan menarik pembeli asing untuk datang langsung ke kebun kopi dan melakukan pembelian di luar ranah COE.
Ada Dua Program Lelang yang Dikelola ACE
Nantinya, bakal ada dua program lelang yang dikelola ACE, yaitu National Winner Auctions dan COE Auctions. National Winner Auctions dikhususkan untuk kopi yang hanya lolos ke babak nasional dengan memperoleh poin 85-86,99. Pelaksanaannya sendiri dimulai pada 24 Januari hingga 4 Februari 2022.
Sementara itu, COE Auctions adalah program lelang tertinggi karena hanya untuk kopi yang lolos ke tahap penjurian internasional dengan nilai minimal 87.00. COE Auctions bakal diselenggarakan pada 27 Januari 2022 mendatang.
Lelang COE akan dilaksanakan lebih eksklusif, karena hanya dibuka dalam satu malam, yaitu mulai pukul 21.00 WIB hingga selesai. Sementara luntuk elang National Winner, bakal dibuka lebih panjang.
Pihak pelaksana dan ACE juga telah menetapkan harga dasar, yakni untuk lelang COE Indonesia dengan poin kopi 87,00-87,99 dibanderol 5 dolar AS per pound dan kopi dengan perolehan poin 88,00-89,00 dihargai sebesar 6 dolar AS per pound. Sementara untuk kopi dengan poin di atas 90, bakal dibanderol seharga 6.5 dolar AS per pound.
Harga dasar dari lelang National Winner yang ditetapkan adalah sebesar 4 dolar AS per pound. Seluruh kegiatan lelang menerapkan batasan minimal kenaikan penawaran sebesar 10 sen per pound.
Ketua Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Daryanto Witarsa mengatakan, antusiasme petani kopi Tanah Air cukup tinggi dengan adanya 158 pendaftar mengingat situasi pandemi COVID-19 dan segala keterbatasan panitia dalam menggelar sosialisasi secara daring terhadap para petani.
"Terbatas secara fisik di daerah tertentu," ujar Daryanto. Ia juga mengatakam, bahwa jumlah pendaftar tersebut baru hanya setara belasan persen saja dari total peserta COE Brazil yang telah digelar selama 22 tahun berturut-turut.
Kualitas Kopi Indonesia Dinilai Belum Memenuhi Standar
Wakil Ketua Umum SCAI, Michael Utama mengatakan, masih banyak petani Indonesia yang belum memahami konsep COE terutama dengan SOP (Standard Operating Procedure) atau prosedur operasional standar yang ketat.
Ia juga menyinggung standar kualitas kopi Indonesia yang masih belum memenuhi standar, karena dari 163 peserta yang masuk ke tahap Pra Seleksi hanya 79 yang berhasil lolos ke Tahap Nasinoal.
"Kemudian, dari 79 hanya 67 yang berhasil mengirimkan lot ke gudang penampungan di Skynine Sentul," tambah Michael.
Michael juga berharap, pemerintah akan turun tangan untuk membantu dalam mengimplementasikan COE ini. Sebab, pelaksanaan kompetisi ini membutuhkan konsentrasi, waktu, biaya, dan sumber daya yang cukup besar.
"Program COE hampir memakan waktu sekitar delapan bulan. Karena itu kami meminta dan menerima bantuan juga dari sektor swasta termasuk mengadakan crowd funding," pungkasnya. (WAF)
Baca juga: Benyamin Davnie: Siap Jadikan Tangsel sebagai Kota Kopi
Soffi Amira P.
[email protected]
Related Article
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Pertama di Asia, 36 Petani Kopi Tanah Air Berkompetisi di Cup of Excellence
23 December 2021 11:51 WIBMerahputih JTTS News
Sebanyak 36 petani kopi dari tujuh provinsi di Indonesia saat ini tengah menanti penilaian akhir dari juri dalam kompetisi kopi specialty paling prestisius di dunia, yaitu Cup of Excellence (COE) Indonesia. Kompetisi tersebut telah dipersiapkan sejak triwulan pertama 2021 dan kini tengah memasuki tahap penjurian akhir di tingkat internasional.
Ada pun ke-36 petani tersebut berasal dari Daerah Istimewa Aceh (9 petani), Jambi (2), Sumatera Selatan (1), Jawa Barat (12), Jawa Tengah (1), Jawa Timur (3), Sulawesi Selatan (1), dan Nusa Tenggara Timur (1).
Baca juga: Monday Coffee, Punya Beragam Menu Kopi Terbaik di Alam Sutera
Kopi yang dipertandingkan tersebut menggunakan empat proses, yaitu natural (18 sampel kopi), washed (12), honey (4), dan giling basah atau wet hulled (2).
"Proses giling basah ini sangat khas di Indonesia karena dalam COE produsen kopi lain tidak mengenal proses itu," ujar Ketua Pelaksana COE Indonesia 2021, Andi Widjaja dalam keterangan resminya, Rabu (22/12).
COE Indonesia 2021 merupakan kompetisi kopi paling bergengsi untuk mencari kopi berkualitas dari satu negara penghasil kopi dalam satu musim panen tertentu. Standar penilaian yang dianut COE merupakan yang tertinggi dalam industri kopi specialty.
Melalui sistem yang diawasi auditor profesional, nantinya setiap kopi yang terdaftar akan dinilai untuk melihat apakah memenuhi skor minimal 87 agar memasuki tahap penjurian internasional. Pemegang lisensi dan opoerasional COE adalah Alliance for Coffee Excellence, Inc. (ACE), yaitu organisasi nirlaba yang bermarkas di Portland, Amerika Serikat.
Ajang CEO Indonesia 2021 Jadi yang Pertama di Asia
Penyelenggaraan COE Indonesia 2021 ini merupakan yang pertama di Asia, sehingga menjadi sebuah kebanggaan bagi industri kopi Tanah Air. Lalu, kompetisi COE yang pertama di dunia telah dilaksanakan sejak 1999 untuk kopi asal Brazil.
Panitia COE Indonesia 2021 telah menerima setidaknya 158 sampel kopi, tetapi sebanyak 12 sampel tak berhasil lanjut ke tahap Pra Seleksi. Dalam kompetisi ini, peserta harus mengirim 2 kg sampel untuk tahap pra seleksi dan satu lot kopi jika lolos dari tahap tersebut.
Minimum dari setiap lot kopi adalah 250 kg hingga 1.210 kg. Apabila sampelnya lolos hingga tahap akhir, maka jumlah lot tersebut nantinya bakal dilelang dan hasilnya akan menjadi milik petani.
Setelah tahap Pra Seleksi COE Indonesia 2021, telah diperoleh 79 sampel kopi yang lolos dan berhak melaju ke tahap nasional. Dalam tahap tersebut, sampel kopi terbanyak berasal dari Provinsi Jawa Barat, kemudian diikuti Sulawesi Selatan (15), Aceh (12), dan provinsi lainnya sebanyak 1-6 sampel.
Baca juga: Ikuti Reels Competition AEON Mall BSD City dan Menangkan Merchandise BT21!
Tahap Nasional bertujuan untuk menyaring kopi peserta yang bakal lolos ke tahap penjurian internasional. Sementara itu, tahap terakhir dalam kompetisi ini adalah lelang daring yang diikuti seluruh peserta lelang yang didominasi pembeli asing. Mereka pun harus mendaftarkan diri terlebih dahulu ke ACE, sehingga calon pembeli sudah terseleksi.
Setelah tahap terakhir ini, maka akan dibuka identitas petani dan kopinya dengan harapan akan menarik pembeli asing untuk datang langsung ke kebun kopi dan melakukan pembelian di luar ranah COE.
Ada Dua Program Lelang yang Dikelola ACE
Nantinya, bakal ada dua program lelang yang dikelola ACE, yaitu National Winner Auctions dan COE Auctions. National Winner Auctions dikhususkan untuk kopi yang hanya lolos ke babak nasional dengan memperoleh poin 85-86,99. Pelaksanaannya sendiri dimulai pada 24 Januari hingga 4 Februari 2022.
Sementara itu, COE Auctions adalah program lelang tertinggi karena hanya untuk kopi yang lolos ke tahap penjurian internasional dengan nilai minimal 87.00. COE Auctions bakal diselenggarakan pada 27 Januari 2022 mendatang.
Lelang COE akan dilaksanakan lebih eksklusif, karena hanya dibuka dalam satu malam, yaitu mulai pukul 21.00 WIB hingga selesai. Sementara luntuk elang National Winner, bakal dibuka lebih panjang.
Pihak pelaksana dan ACE juga telah menetapkan harga dasar, yakni untuk lelang COE Indonesia dengan poin kopi 87,00-87,99 dibanderol 5 dolar AS per pound dan kopi dengan perolehan poin 88,00-89,00 dihargai sebesar 6 dolar AS per pound. Sementara untuk kopi dengan poin di atas 90, bakal dibanderol seharga 6.5 dolar AS per pound.
Harga dasar dari lelang National Winner yang ditetapkan adalah sebesar 4 dolar AS per pound. Seluruh kegiatan lelang menerapkan batasan minimal kenaikan penawaran sebesar 10 sen per pound.
Ketua Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Daryanto Witarsa mengatakan, antusiasme petani kopi Tanah Air cukup tinggi dengan adanya 158 pendaftar mengingat situasi pandemi COVID-19 dan segala keterbatasan panitia dalam menggelar sosialisasi secara daring terhadap para petani.
"Terbatas secara fisik di daerah tertentu," ujar Daryanto. Ia juga mengatakam, bahwa jumlah pendaftar tersebut baru hanya setara belasan persen saja dari total peserta COE Brazil yang telah digelar selama 22 tahun berturut-turut.
Kualitas Kopi Indonesia Dinilai Belum Memenuhi Standar
Wakil Ketua Umum SCAI, Michael Utama mengatakan, masih banyak petani Indonesia yang belum memahami konsep COE terutama dengan SOP (Standard Operating Procedure) atau prosedur operasional standar yang ketat.
Ia juga menyinggung standar kualitas kopi Indonesia yang masih belum memenuhi standar, karena dari 163 peserta yang masuk ke tahap Pra Seleksi hanya 79 yang berhasil lolos ke Tahap Nasinoal.
"Kemudian, dari 79 hanya 67 yang berhasil mengirimkan lot ke gudang penampungan di Skynine Sentul," tambah Michael.
Michael juga berharap, pemerintah akan turun tangan untuk membantu dalam mengimplementasikan COE ini. Sebab, pelaksanaan kompetisi ini membutuhkan konsentrasi, waktu, biaya, dan sumber daya yang cukup besar.
"Program COE hampir memakan waktu sekitar delapan bulan. Karena itu kami meminta dan menerima bantuan juga dari sektor swasta termasuk mengadakan crowd funding," pungkasnya. (WAF)
Baca juga: Benyamin Davnie: Siap Jadikan Tangsel sebagai Kota Kopi