Mengenang Soe Hok Gie, Sang Aktivis Muda yang Abadi di Puncak Semeru
15 August 2021 23:43 WIB Soe Hok Gie SejarahMuda, Kuat dan Berani, menjadi gambaran akan sosok Soe Hok Gie sang aktivis muda pengobar semangat perlawanan.
Bersama angkatan "66", mengobarkan semangat perlawanan akan era orde lama. Dikenal setelah kisahnya diangkat melaui film oleh sineas muda Indonesia Riri Riza pada tahun 2005. Ditambah beredarnya buku harian yang terbit dengan judul "Catatan Seorang Demonstran" yang dibaca banyak orang setelah film beredar.
Akhirnya kisah ini dikenal oleh para pemuda yang lahir setelah dirinya meregang nyawa di puncak gunung Semeru. Berikut ini sejumlah fakta menarik mengenai aktivis dari Fakultas Ilmu Sejarah Universitas Indonesia ini.
1. Sering Menerima Surat Kaleng
Dikenal sebagai seorang aktivis sekaligus penulis yang produktif, tulisannya sering kali dimuat dalam surat kabar besar pada masa itu seperti, Kompas, Harian KAMI, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Tulisannya yang disukai banyak orang juga menyulut ketidaksukaan dari beberapa pihak.
Bahkan, tidak jarang orang-orang yang merasa gusar akan kritik Soe Hok Gie saat mengirim surat kaleng berisi ungkapan berbau rasial.
2. Mengirim Bedak dan Gincu ke Aktivis Mahasiswa di DPR Orde Baru
Sebelum mendaki ke Semeru Hok Gie sempat mengirim bedak, gincu, dan cermin untuk 13 teman aktivisnya yang menjadi anggota DPR pada era Orde Baru yang berkuasa disaat tersebut.
Bukan sebagai ungkapan selamat, namun merupakan ungkapan kekecewaannya kepada teman-teman seperjuangannya yang berada di DPR karena dianggap telah melupakan Rakyat. Adapun surat dan kiriman pada 12 Desember 1969 tersebut terselip pesan bernada satire berbunyi "Bekerjalah dengan baik, hidup Orde Baru! Nikmati kursi Anda, tidurlah nyenyak."
3. Menyukai Baris Puisi Filsuf Yunani dan Gunung
Dikenal sebagai sosok yang puitis dan mahasiswa pecinta alam menjadikan dirinya seseorang yang dikenal menyukai pegunungan. Melansir sejumlah sumber dikatakan pula dirinya menyukai baris-baris puisi seorang filsuf Yunani Adapun penggalan baris puisi tersebut berbunyi, "Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Kedua, dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah berumur tua, berbahagialah mereka yang mati muda."
4. Meninggal Sehari Sebelum Hari Ulang Tahunnya
Naasnya perjalan Soe Hok Gie harus berakhir sehari sebelum perayaan hari kelahiranya yang ke 27, pada 17 Desember. Aktivis ini tutup usia pada tanggal 16 Desember 1969 di Puncak Gunung Semeru (3.676 mdpl).
Soe Hok Gie menghembuskan nafas terakhirnya di tempat yang paling disukainya, akibat menghirup asap beracun dari kawah gunung Semeru. Ia tewas bersama salah seorang temannya bernama Idhan Dhanvantary Lubis yang ikut dalam pendakian yang sama.
5. Namanya Abadi di Semeru
Selepas kepergiannya, sosok Soe Hok Gie meninggalkan sejumlah bekas mendalam bagi sejumlah aktivis yang terus berjuang saat itu dan juga bagi para pecinta alam.
Sebagai bentuk kenangan, prasasti untuk Soe Hok Gie beserta Idhan Dhanvantary Lubis ditanamkan oleh Gimbal Alas Indonesia pada 20 September 2020 di puncak gunung Semeru di ketinggian 3676 mdpl. (PAB)
Pradia Eggi
[email protected]
Related Article
Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong
Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Mengenang Soe Hok Gie, Sang Aktivis Muda yang Abadi di Puncak Semeru
15 August 2021 23:43 WIBSoe Hok Gie Sejarah
Muda, Kuat dan Berani, menjadi gambaran akan sosok Soe Hok Gie sang aktivis muda pengobar semangat perlawanan.
Bersama angkatan "66", mengobarkan semangat perlawanan akan era orde lama. Dikenal setelah kisahnya diangkat melaui film oleh sineas muda Indonesia Riri Riza pada tahun 2005. Ditambah beredarnya buku harian yang terbit dengan judul "Catatan Seorang Demonstran" yang dibaca banyak orang setelah film beredar.
Akhirnya kisah ini dikenal oleh para pemuda yang lahir setelah dirinya meregang nyawa di puncak gunung Semeru. Berikut ini sejumlah fakta menarik mengenai aktivis dari Fakultas Ilmu Sejarah Universitas Indonesia ini.
1. Sering Menerima Surat Kaleng
Dikenal sebagai seorang aktivis sekaligus penulis yang produktif, tulisannya sering kali dimuat dalam surat kabar besar pada masa itu seperti, Kompas, Harian KAMI, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Tulisannya yang disukai banyak orang juga menyulut ketidaksukaan dari beberapa pihak.
Bahkan, tidak jarang orang-orang yang merasa gusar akan kritik Soe Hok Gie saat mengirim surat kaleng berisi ungkapan berbau rasial.
2. Mengirim Bedak dan Gincu ke Aktivis Mahasiswa di DPR Orde Baru
Sebelum mendaki ke Semeru Hok Gie sempat mengirim bedak, gincu, dan cermin untuk 13 teman aktivisnya yang menjadi anggota DPR pada era Orde Baru yang berkuasa disaat tersebut.
Bukan sebagai ungkapan selamat, namun merupakan ungkapan kekecewaannya kepada teman-teman seperjuangannya yang berada di DPR karena dianggap telah melupakan Rakyat. Adapun surat dan kiriman pada 12 Desember 1969 tersebut terselip pesan bernada satire berbunyi "Bekerjalah dengan baik, hidup Orde Baru! Nikmati kursi Anda, tidurlah nyenyak."
3. Menyukai Baris Puisi Filsuf Yunani dan Gunung
Dikenal sebagai sosok yang puitis dan mahasiswa pecinta alam menjadikan dirinya seseorang yang dikenal menyukai pegunungan. Melansir sejumlah sumber dikatakan pula dirinya menyukai baris-baris puisi seorang filsuf Yunani Adapun penggalan baris puisi tersebut berbunyi, "Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Kedua, dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah berumur tua, berbahagialah mereka yang mati muda."
4. Meninggal Sehari Sebelum Hari Ulang Tahunnya
Naasnya perjalan Soe Hok Gie harus berakhir sehari sebelum perayaan hari kelahiranya yang ke 27, pada 17 Desember. Aktivis ini tutup usia pada tanggal 16 Desember 1969 di Puncak Gunung Semeru (3.676 mdpl).
Soe Hok Gie menghembuskan nafas terakhirnya di tempat yang paling disukainya, akibat menghirup asap beracun dari kawah gunung Semeru. Ia tewas bersama salah seorang temannya bernama Idhan Dhanvantary Lubis yang ikut dalam pendakian yang sama.
5. Namanya Abadi di Semeru
Selepas kepergiannya, sosok Soe Hok Gie meninggalkan sejumlah bekas mendalam bagi sejumlah aktivis yang terus berjuang saat itu dan juga bagi para pecinta alam.
Sebagai bentuk kenangan, prasasti untuk Soe Hok Gie beserta Idhan Dhanvantary Lubis ditanamkan oleh Gimbal Alas Indonesia pada 20 September 2020 di puncak gunung Semeru di ketinggian 3676 mdpl. (PAB)